Komandan Manggala Agni Daerah Operasi (Daops) Pekanbaru, Chaerul Parsaulian Ginting, membenarkan insiden tersebut.
“Karhutla terjadi sejak Rabu (16/7) dan terus meluas. Lokasinya berada di kawasan hutan lindung Bukit Suligi, di area perbukitan dengan tanah mineral,” jelasnya.
Chaerul mengungkapkan, medan yang sulit serta keterbatasan akses ke lokasi membuat proses pemadaman darat nyaris mustahil dilakukan. Tidak adanya sumber air di area puncak bukit menambah kesulitan upaya pemadaman manual.
“Kondisi geografis ekstrem. Akses darat tidak tersedia, dan tidak ada air untuk pemadaman. Kami sudah mengusulkan agar dilakukan pemadaman dari udara menggunakan helikopter (water bombing),” tambahnya.
Lebih lanjut, Chaerul menegaskan bahwa hutan lindung Bukit Suligi kerap menjadi sasaran perambahan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Pembakaran lahan diduga dilakukan secara sengaja sebagai langkah awal untuk membuka lahan perkebunan.
“Aktivitas perambahan cukup marak. Kasus ini telah kami laporkan untuk ditindaklanjuti secara hukum,” tutupnya.