Kabarminang – Dua orang warga Nagari Koto Rawang, Kecamatan IV Jurai, Pesisir Selatan, terjatuh ke sungai berbatu besar saat melewati Jembatan Koto Rawang pada Minggu (20/7) sekitar pukul 12.00 WIB. Salah seorang warga tersebut meninggal dunia di RSUD M. Zein di Painan.
Informasi itu disampaikan oleh Wali Nagari Koto Rawang, Derijol. Ia mengatakan kedua warga itu bernama Nurhayati (46) dan Dini Ermawati (19). Ia menyebut bahwa keduanya merupakan ibu dan anak.
“Mereka terjatuh saat melewati jembatan itu dengan sepeda motor sepulang dari Pasar Sago. Mereka terjatuh diduga karena hilang kendali sebab lebar jembatan hanya satu meter dan tidak ada pembatas di kiri kanan jembatan,” ujarnya.
Setelah keduanya terjatuh ke Sungai Batang Salido, kata Derijol, sejumlah warga mengevakuasi kedua korban dari sungai dan membawa mereka ke RSUD M. Zein.
“Nurhayati masih hidup ketika terjatuh ke sungai. Dia meninggal saat dirawat di RSUD,” ucapnya.
Derijol menerangkan bahwa jembatan itu merupakan jembatan darurat yang dibuat oleh warga setelah banjir besar melanda Nagari Koto Rawang pada Maret 2024. Ia mengatakan bahwa jembatan itu awalnya merupakan jembatan gantung sepanjang 50 meter dengan lebar 2,5 meter. Ia menyebut bahwa jembatan itu hanyut disapu banjir.
Jembatan Koto Rawang, kata Derijol, merupakan satu-satunya jalan yang digunakan warga nagari itu menuju tempat lain, seperti Salido Saribulan, Sago, dan Painan. Ia mengatakan bahwa jembatan itu menghubungi Koto Rawang dengan Nagari Salido Saribulan.
Derijol menyampaikan bahwa setelah banjir Maret 2024 melanda, warga berharap Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan membangun jembatan permanen sebagai pengganti jembatan gantung yang hanyut dibawa banjir. Ia menerangkan bahwa warga menginginkan jembatan permanen agar jembatan itu bisa dilalui alat berat untuk mengaspal jalan di Koto Rawang. Selama ini, kata Derijol, jalan Koto Rawang tidak pernah diaspal.
“Jalannya rabat beton, yang banyak lubang,” ucapnya.
Derijol mengatakan bahwa jembatan darurat yang dibangun warga setelah banjir tersebut membuat warga khawatir melaluinya karena lebarnya hanya satu meter dan tidak ada pembatas di kiri dan kanan jalan. Pada malam hari, kata Derijol, lampu jalan hanya menerangi pangkal dan ujung jembatan, sedangkan di tengah jembatan tidak ada cahaya sama sekali. Selain itu, kata Derijol, jembatan darurat itu tidak bisa dilewati mobil sehingga warga Koto Rawang yang punya mobil memarkirkan mobil mereka di luar jembatan, tepatnya di Nagari Salido Saribulan.
Setelah jatuhnya dua warga dari jembatan itu, yang mengakibatkan salah satu warga tewas, kata Derijol, warga berharap Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan segera membangun jembatan permanen di sana untuk menghindari jatuhnya korban jiwa lainnya.