Kabarminang – Mimpi seorang anak untuk melanjutkan pendidikan di bangku sekolah menengah harus kandas di tengah jalan. Fernando Hamzah, siswa SMP Negeri 1 Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, terpaksa berhenti sekolah karena keterbatasan ekonomi.
Ibunya, Nuraini, seorang pedagang kecil asal Tanjuang Basuang 1, Nagari Sungai Buluah Barat, Kecamatan Batang Anai, mengaku tidak sanggup membayar biaya daftar ulang sebesar Rp950.000 yang diminta pihak sekolah. Saat masa daftar ulang tiba, ia hanya memiliki uang Rp300.000 hasil meminjam dari orang lain.
“Saya sudah mohon-mohon supaya bisa bayar secara dicicil, tapi sekolah tetap tidak mau. Katanya harus lunas saat daftar ulang. Saya bingung, sedih. Anak saya sekarang hanya bisa diam di rumah,” tutur Nuraini, Selasa (22/7).
Fernando, yang kini duduk di bangku kelas VIII, sebelumnya dikenal sebagai anak yang rajin dan punya semangat belajar tinggi. Namun semangat itu perlahan padam setelah ia tidak diizinkan mengikuti daftar ulang karena belum melunasi biaya.
“Waktu teman-temannya sudah mulai belajar, dia cuma duduk di rumah, bantu saya jaga warung. Saya lihat dia sedih, tapi dia pendam saja,” kata Nuraini.
Setiap hari, Nuraini mengais rezeki dengan berdagang kecil-kecilan. Penghasilannya tidak menentu, dan kebutuhan hidup sehari-hari pun kerap kali harus dicukupi dengan berutang. Baginya, membayar uang sekolah hampir sejuta rupiah dalam satu waktu adalah beban yang sangat berat.
Permohonan Nuraini agar pembayaran dapat dilakukan secara bertahap ditolak oleh pihak sekolah. Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak SMP Negeri 1 Batang Anai terkait kebijakan tersebut maupun alasan penolakan permohonan cicilan.