Kabarminang – Wakil Wali Kota Elzadaswarman memberikan apresiasi terhadap masyarakat Nagari Tiakar, Kecamatan Payakumbuh Timur, yang berhasil mengangkat kembali tradisi turun-temurun Maanta Pabukoan melalui program Satu Nagari Satu Event, Minggu (5/10/2025).
Tradisi Maanta Pabukoan merupakan kebiasaan masyarakat yang dilakukan setiap pertengahan bulan Ramadhan, di mana keluarga menantu perempuan mengantarkan makanan berbuka puasa ke rumah mertua sebagai bentuk penghormatan.
Biasanya, rombongan datang mengenakan pakaian adat khas Minangkabau seperti baju kuruang dan tikuluak kompong, sambil membawa dulang berisi hidangan tradisional seperti nasi, sampodeh dagiang, semur ayam, pangek masin ikan kalai, sambal goreng, serta aneka kue tradisional seperti serabi, bubua cande, dan onde-onde.
Setibanya di rumah mertua, makanan tersebut disantap bersama keluarga besar, niniak mamak, bako, dan tetangga sekitar sebagai bentuk mempererat silaturahmi dan kekeluargaan.
“Tradisi seperti ini adalah bagian dari jati diri masyarakat Minangkabau. Melestarikannya berarti menjaga nilai-nilai yang diwariskan para leluhur,” kata Elzadaswarman.
Ia mengatakan, pelestarian adat dan budaya perlu dilakukan bersama, berlandaskan falsafah Minangkabau Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah; Adat Salingka Nagari, Syara’ Mangato Adat Mamakai, Alam Takambang Jadi Guru.
Ia menyebut, Pemerintah Kota Payakumbuh terus memperkuat dukungan terhadap lembaga adat seperti Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan Bundo Kanduang. Salah satu wujud dukungan tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan program Satu Nagari Satu Event di setiap nagari.
“Program ini bukan hanya menjaga adat dan budaya, tapi juga memperkuat identitas nagari, menumbuhkan kecintaan generasi muda pada tradisi Minangkabau, serta menjadikan nagari sebagai destinasi wisata budaya,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Elzadaswarman juga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam melestarikan kebudayaan daerah.
“Pelestarian adat akan berkelanjutan jika generasi muda memahami dan mencintai akar budayanya. Di sinilah peran niniak mamak dan bundo kanduang untuk terus membimbing mereka,” tambahnya.
Ia mengatakan, Tradisi Maanta Pabukoan kini tidak hanya menjadi simbol penghormatan dalam keluarga, tetapi juga potensi wisata berbasis tradisi.
“Menjaga warisan budaya bukan sekadar mengenang masa lalu, melainkan langkah membangun masa depan yang lebih berakar dan berkarakter,” imbuhnya.