Kabarminang – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, terus meluas. Titik api baru kembali terdeteksi di Nagari Galugua, Kecamatan Kapur IX, pada Kamis malam (24/7), memperparah kondisi di tengah status tanggap darurat yang telah diberlakukan sejak 17 Juli lalu.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat hingga Jumat (25/7), luas lahan yang terdampak karhutla telah mencapai 864,87 hektare, tersebar di 10 kecamatan. Pemerintah daerah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari, dari 17 hingga 30 Juli 2025, guna mempercepat upaya penanggulangan.
Kepala Pelaksana BPBD Limapuluh Kota, Rahmadinol mengatakan, kebakaran sudah menyebar ke berbagai wilayah, termasuk kawasan pemukiman dan fasilitas warga. Total area terdampak mencapai 864,87 hektare.
Sebaran Titik Api
Sebaran karhutla mencakup kawasan Pangkalan Koto Baru, Nagari Tanjung Balik (250 ha), Nagari Tanjung Pauh (250 ha), Nagari Taram (178 ha), dan Nagari Sarilamak (48 ha). Titik lain terdeteksi di Sungai Antuan (55,13 ha), Maek (30 ha), Sungai Talang (15 ha), serta beberapa nagari di Situjuah, Luak, Lareh Sago Halaban, dan Akabiluru.
Salah satu dampak serius terjadi di Nagari Taram, Kecamatan Harau, di mana kebakaran menghanguskan kandang ayam milik warga. Kerugian akibat kejadian ini ditaksir mencapai Rp200 juta.
Upaya pemadaman dilakukan oleh tim gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Dinas Pemadam Kebakaran, dan instansi terkait lainnya. Bantuan juga datang dari BPBD Provinsi Sumbar, relawan, dan Tim Manggala Agni. Pemadaman dilakukan dengan mobil tangki air, kendaraan operasional, dan ambulans.
Namun, penanganan tidak berjalan mulus. Petugas menghadapi kendala seperti angin kencang, medan terjal, dan minimnya sumber air karena musim kemarau.
Sementara itu, sebagian besar kebakaran diduga berasal dari pembukaan lahan dengan cara dibakar, terutama di kawasan Harau yang tengah berkembang sebagai objek wisata.
BPBD mengimbau masyarakat untuk tidak membuka lahan atau membersihkan kebun dengan cara membakar, mengingat dampaknya yang luas dan sulit dikendalikan.