Kabarminang – Limapuluh Kota tengah siaga. Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda sejumlah titik di kabupaten itu, terutama kawasan Harau, makin buruk. Penyebab utama karhutla disebut akibat maraknya pembukaan lahan untuk pembangunan objek wisata.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota, Rahmadinol, menegaskan bahwa aktivitas pembakaran lahan oleh masyarakat menjadi pemicu utama. Ia menyebut bahwa pembukaan lahan untuk investasi wisata di Harau berlangsung masif. Hal itu, katanya, menjadi salah satu penyebab meluasnya kebakaran.
“Besarnya perkembangan pembangunan objek wisata Harau membuat banyak investor membuka lahan. Pembakaran dilakukan untuk membersihkan area. Ini sangat berbahaya,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Karhutla di Kantor BPBD Sumbar, Senin (21/07/2025), sebagaimana dikutip dari postingan Instagram @bpbdprovsumbar.
Rahmadinol mengatakan bahwa pembakar lahan itu sudah diketahui. Namun, katanya, proses hukum belum bisa dijalankan karena belum ada pihak yang berani melaporkan kejadian tersebut secara resmi kepada penegak hukum.
Sementara itu, kata Rahmadinol, petugas di lapangan mulai kewalahan menghadapi skala kebakaran yang terus meluas. Ia mengatakan bahwa medan yang curam, terbatasnya sumber air, dan peralatan yang tak memadai menjadi kendala utama.
“Pemadaman sangat sulit. Medannya berbukit, akses terbatas, dan sumber air jauh. Kami menurunkan tim selama 24 jam, tapi keterbatasan membuat kerja sangat berat,” kata Rahmadinol pada Rabu (23/7/2025).
Rahmadinol menginformasikan bahwa api masih menyala di perbukitan belakang Homestay Saliguri, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau. Ia menceritakan bahwa bau hangus tanah kering menyengat udara, dan asap putih keabu-abuan menggulung dari lereng, sementara nyala api belum juga padam.
Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota sebelumnya telah menetapkan status tanggap darurat melalui SK Bupati Nomor 300.2.3/156/BUP-LK/VII/2025. Status ini berlaku sejak Kamis (17/7/2025) hingga Rabu (30/7/2025) menyusul eskalasi kebakaran yang dipicu musim kemarau panjang sejak Mei.