Dalam pertemuan dengan tim KSP, masyarakat adat juga menegaskan bahwa penolakan yang disampaikan bukan berasal dari LSM, melainkan benar-benar dari komunitas adat sendiri.
Pernyataan ini sekaligus membantah pernyataan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar yang sebelumnya menyebut bahwa penolakan terhadap PT SPS berasal dari lembaga swadaya masyarakat.
“Itu yang kami luruskan di depan staf KSP. Yang menolak itu adalah kami masyarakat adat Mentawai. Bahkan orang-orang yang menandatangani surat penolakan itu hadir langsung dalam pertemuan,” ujar Nulker.
Ia juga menyoroti beredarnya video yang menampilkan seseorang yang mengklaim mewakili masyarakat adat dan menyatakan mendukung kehadiran PT SPS.
Menurutnya, orang dalam video tersebut bukanlah bagian dari Uma Saureinu, melainkan berasal dari kelompok yang tinggal di Dusun Bailo dan bukan berasal dari klan asli pemilik ulayat di Saureinu.
“Mereka bukan dari klan Sibakkat Polak yang secara turun-temurun menguasai wilayah adat Saureinu. Jadi tidak bisa mengatasnamakan masyarakat adat di sini,” tegasnya.
Potensi Kerusakan Ekologis dan Budaya
Nulker menuturkan, masyarakat adat sudah mengalami langsung dampak pembukaan hutan sebelumnya. Dua minggu sebelum pertemuan, banjir besar melanda wilayah itu. Menurutnya, kejadian tersebut bukan banjir musiman biasa, melainkan dampak langsung dari aktivitas penebangan pohon secara masif di hulu sungai dalam beberapa tahun terakhir.
“Ketinggian air naik 30 sentimeter dari biasanya. Lebih dari 100 rumah terdampak, harta benda hilang, dan masyarakat tidak bisa beristirahat. Ini menunjukkan bahwa alam sudah tidak stabil,” katanya.
Banjir tersebut, lanjutnya, menjadi alarm bahwa pembukaan hutan telah merusak ekosistem. Jika PT SPS masuk dan eksploitasi kayu dilakukan secara luas, masyarakat khawatir bencana akan semakin sering terjadi.
“Kalau hutan rusak, sungai tercemar, banjir makin sering, sumber air pusat Kabupaten Mentawai yang berasal dari hulu Sungai Saureinu akan ikut terancam. Tidak mungkin kan Kabupaten ini harus beli galon dari Padang setiap hari?” ucap Nulker.