Kabarminang – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) melanda Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, dengan intensitas yang semakin meningkat dalam satu bulan terakhir. Diperkirakan, luas lahan yang terdampak mencapai 300 hektare dan tersebar di sejumlah nagari. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi meluasnya titik api di tengah musim kemarau yang masih berlangsung.
Salah satu lokasi terparah tercatat di Nagari Mundam, Kecamatan IV Nagari, di mana api melalap area seluas 300 hektare. Kebakaran di wilayah ini disebut sebagai yang terbesar dalam gelombang karhutla tahun ini. Petugas dari BPBD, pemadam nagari, dan warga setempat terus berupaya mengendalikan api yang menyebar cepat akibat hembusan angin dan keringnya vegetasi.
Di hari yang sama, titik api juga muncul di Jorong Kabun, Nagari Muaro. Sekitar 10 hektare lahan terbakar dalam insiden tersebut. Hujan ringan yang turun sehari sebelumnya sempat meredakan kobaran api, namun tidak cukup untuk menekan potensi kebakaran baru. Hingga kini, tim gabungan masih melakukan penyisiran dan pemadaman manual di berbagai lokasi.
Sekretaris BPBD Kabupaten Sijunjung, Syatria Zali, mengatakan bahwa pihaknya belum menetapkan status darurat karena lokasi kebakaran tersebar dan tidak terkonsentrasi di satu titik. “Kami masih merekap data pasti luasan terdampak dan akan menyesuaikan langkah jika tren kebakaran terus meningkat,” ujarnya kepada Sumbarkita.
BPBD mencatat telah menangani 20 hingga 30 titik kebakaran dalam sebulan terakhir. Beberapa di antaranya terjadi di Nagari Sijunjung, Padang Laweh, Nagari Pala Lua, dan Lubuk Tarok. Sebagian besar kasus diduga dipicu oleh pembukaan lahan dengan cara dibakar, sebuah praktik yang masih banyak dilakukan meskipun telah dilarang.
“Penyebab utama masih didominasi aktivitas manusia. Ladang dibuka dengan api, tapi tidak dijaga hingga akhirnya merembet ke semak belukar dan kawasan hutan,” jelas Syatria. Ia pun mengimbau masyarakat untuk tidak lagi menggunakan metode pembakaran, karena risiko yang ditimbulkan sangat besar bagi lingkungan dan keselamatan warga.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD mengeluarkan imbauan kepada warga untuk lebih waspada, baik di permukiman maupun saat beraktivitas di kawasan hutan. Masyarakat diminta memeriksa instalasi listrik di rumah, menjauhkan bahan mudah terbakar dari sumber api, serta tidak membakar sampah sembarangan. Di kawasan hutan, warga diingatkan untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan dan memastikan api benar-benar padam sebelum meninggalkan lokasi.
Sementara itu, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) juga melaporkan titik karhutla di Calau Subarang Sukam, Nagari Muaro, dengan luas kebakaran sekitar 10 hektare. Tim KPHL bersama BPBD dan unsur nagari terus melakukan patroli untuk memastikan tidak ada titik api baru yang muncul.
Meski hujan sesekali turun, kondisi alam belum cukup stabil untuk meredam potensi karhutla secara menyeluruh. Pemerintah daerah diharapkan segera mengambil langkah strategis, termasuk menyiagakan tim reaksi cepat dan menyiapkan logistik kebencanaan. Masyarakat juga didorong berperan aktif dalam menjaga lingkungan dan mencegah praktik-praktik yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan.