Kabarminang – Warga di pesisir barat Sumatera, khususnya di Provinsi Sumatera Barat, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman gempa besar dan tsunami. Peringatan ini disampaikan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) karena zona Megathrust Mentawai–Siberut saat ini dinilai berpotensi pecah dan memicu bencana besar.
Kepala BMKG Teuku Faisal menyebutkan, terdapat tiga zona Megathrust di Indonesia yang berpotensi mengalami pelepasan energi besar sewaktu-waktu, yaitu Mentawai–Siberut, Selat Sunda, dan Sumba. Ketiganya termasuk dalam 13 zona Megathrust aktif yang membentang di wilayah Indonesia.
“Negara kita berada sangat rawan terhadap bencana karena kondisi geotektonik di antara tiga lempeng aktif dunia — Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik — sehingga mengimplikasikan adanya tumpukan energi besar,” ujar Teuku Faisal dalam rapat kerja bersama DPR, dikutip Minggu (9/11/2025).
Dari paparan BMKG, zona Mentawai–Siberut diperkirakan memiliki potensi gempa hingga magnitudo 8,9, sementara Selat Sunda berpotensi M8,7 dan Sumba M8,5. Zona-zona ini belum mengalami gempa besar selama puluhan hingga ratusan tahun sehingga diyakini tengah terjadi akumulasi energi tektonik yang bisa dilepaskan kapan saja tanpa dapat diprediksi.
“Diduga kuat saat ini sedang terjadi proses akumulasi energi tektonik yang dapat merilis gempa besar sewaktu-waktu,” jelasnya.
BMKG mencatat, sepanjang Januari–Oktober 2025 telah terjadi 35.832 gempa bumi di Indonesia dengan rincian:
- Gempa dengan magnitudo di bawah 5: 35.645 kali
- Gempa di atas magnitudo 5: 187 kali
- Gempa yang dirasakan masyarakat: 850 kali
- Gempa yang menimbulkan kerusakan: 21 kali
Data ini, kata Faisal, menunjukkan bahwa ancaman gempa di Indonesia nyata dan terus terjadi. Karena itu, ia mengingatkan pemerintah daerah dan masyarakat di kawasan rawan — termasuk pesisir barat Sumatera — untuk selalu waspada, memahami jalur evakuasi, serta memperkuat kesiapsiagaan bencana.















