Kabarminang – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 995 orang meninggal dunia akibat rangkaian banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera sejak akhir November 2025. Selain itu, 226 orang dilaporkan hilang dan sekitar 5,4 ribu orang mengalami luka-luka.
Data tersebut merupakan rilis terbaru BNPB yang diakses melalui Dashboard Penanganan Darurat Banjir dan Longsor pada Sabtu (13/12/2025) pukul 10.00 WIB.
Dalam rekapitulasi dampak bencana, BNPB mencatat sebanyak 52 kabupaten/kota terdampak di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Bencana tersebut juga menyebabkan sekitar 158 ribu rumah mengalami kerusakan, baik ringan, sedang, maupun berat.
Berdasarkan data BNPB, wilayah dengan jumlah korban meninggal tertinggi antara lain Kabupaten Agam di Sumatera Barat dengan 184 orang, disusul Tapanuli Tengah sebanyak 154 orang, serta Aceh Tamiang dengan 86 korban meninggal. Sejumlah daerah lain juga mencatat korban jiwa, termasuk Aceh Timur, Tapanuli Utara, Pidie Jaya, Padang Pariaman, dan Deli Serdang.
Selain korban jiwa, dampak bencana juga tercermin dari tingginya jumlah pengungsi. BNPB mencatat ratusan ribu warga mengungsi, dengan jumlah terbesar berada di Aceh Tamiang sekitar 252,8 ribu orang, disusul Aceh Utara sekitar 153,5 ribu orang, serta Aceh Barat Daya, Gayo Lues, dan Pidie dengan puluhan ribu pengungsi.
Kerusakan infrastruktur publik turut menjadi perhatian serius. BNPB mencatat sekitar 1,2 ribu fasilitas umum rusak, termasuk 434 rumah ibadah, 219 fasilitas kesehatan, 290 gedung perkantoran, 581 fasilitas pendidikan, serta 145 jembatan yang terdampak banjir dan longsor.
BNPB menyebutkan bahwa seluruh data bersifat dinamis dan terus diperbarui seiring proses pendataan di lapangan. Pemerintah pusat dan daerah masih melakukan penanganan darurat, pencarian korban hilang, pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi, serta mulai menyusun langkah transisi menuju pemulihan pascabencana.
BNPB juga mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana susulan, mengingat kondisi cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Sumatera.














