Nurhidayati mengungkapkan bahwa kejadian serupa terjadi pada semester sebelumnya. Saat itu, katanya, satu pelaku ditangkap dan ditahan di rumah tahanan anak. Ia mengatakan bahwa setelah kejadian itu, situasi di MTsN 3 Kota Padang tenang, kemudian terganggu lagi setelah pembacokan terhadap Raihan pada tahun ajaran baru ini.
Nurhidayati menilai bahwa persoalan kenakalan remaja sangat kompleks dan berkaitan erat dengan kondisi ekonomi keluarga, pengawasan orang tua, serta kurangnya pengamalan nilai-nilai agama.
“Kalau orang tua sibuk cari uang, kadang anak tidak diperhatikan. Di madrasah kami, saat salat Zuhur berjemaah, ada juga siswa yang lari. Waktu Jumat juga ada yang absen,” ucapnya.
Sebagian siswa yang kerap “cabut” dari sekolah, menurut Nurhidayati, kerap berkumpul dalam kelompok. Ia menduga bahwa dari sanalah pertemuan dengan kelompok pelaku bisa terjadi.
MTsN 3 Padang, kata Nurhidayati, telah membentuk tim anti kekerasan dan memiliki kerja sama dengan Polsek Koto Tangah sejak dua tahun lalu. Tahun lalu, kata Nurhidayati, Kepala Polsek Kot Tangah menjadi pembina upacara, Kepala Unit Lantas memberikan penyuluhan lalu lintas, sedangkan Kanit Reskrim rutin memberikan pembinaan terkait dengan tawuran dan narkoba.
“Tahun ini, kami berencana memperluas pembinaan ke orang tua. Akan kami undang wali murid dalam waktu dekat,” katanya.
Nurhidayati juga menyoroti perlunya koordinasi formal antarsekolah dalam mengantisipasi kenakalan pelajar. Ia berharap Dinas Pendidikan Padang atau Kantor Urusan Agama Padang dapat memfasilitasi komunikasi tersebut agar program pengawasan berkelanjutan dapat terwujud.
Sebelumnya diberitakan bahwa Raihan dibacok sepulang sekolah pada Jumat (18/7/2025). Ia menceritakan bahwa setelah mengikuti salat Jumat dan kegiatan ekstrakurikuler, ia dibonceng temannya yang bernama Rayhan. Setibanya di gerbang sekolah, mereka dihampiri sekelompok remaja yang mengendarai sekitar enam motor.