Kabarminang.com – Tradisi mudik saat Lebaran di Indonesia memiliki akar sejarah yang cukup dalam, terkait dengan budaya masyarakat yang ingin merayakan Hari Raya Idulfitri bersama keluarga di kampung halaman mereka. Mudik sendiri merujuk pada kegiatan pulang ke kampung halaman setelah bekerja atau tinggal di kota besar, yang biasanya terjadi menjelang perayaan Idul Fitri.
Berikut ini adalah penjelasan lebih mendalam mengenai asal-usul tradisi mudik berdasarkan berbagai sumber:
Asal Usul Tradisi Mudik
Berdasarkan penelitian oleh Soejatmoko dalam “Sejarah Sosial Indonesia”, pola migrasi penduduk dari desa ke kota terjadi sejak awal abad ke-20, terutama pada masa kolonial, ketika banyak orang mencari pekerjaan di kota-kota besar, baik sebagai buruh, pegawai pemerintah, ataupun pedagang. Tradisi mudik pun berkembang sebagai respons terhadap keinginan untuk kembali ke kampung halaman setelah periode panjang tinggal di kota.
Tradisi pulang kampung pada masa Kolonial sebelum Indonesia merdeka, tradisi mudik sudah ada, meskipun tidak terkait langsung dengan Idulfitri. Pada zaman kolonial Belanda, orang-orang yang bekerja di kota besar, seperti Jakarta atau Surabaya, akan pulang ke kampung halaman mereka di daerah pedesaan, terutama ketika ada kesempatan besar atau libur panjang. Meskipun mudik pada masa ini tidak begitu besar dampaknya, namun pada dasarnya ini adalah praktik sosial yang berkembang sebagai bagian dari kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan pekerjaan dan keluarga.
Menurut Prof. M. Hatta dalam tulisannya, pada masa itu, banyak penduduk desa yang bermigrasi ke kota-kota besar untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ketika Hari Raya tiba, mereka merasa perlu pulang kampung untuk merayakan hari kemenangan bersama keluarga setelah menjalani bulan puasa dan kehidupan keras di kota.
Mudik setelah kemerdekaan, terutama pada era Orde Baru dan pasca Reformasi, tradisi mudik semakin menjadi fenomena massal. Pemerintah mulai mengatur transportasi mudik secara lebih terstruktur dengan menyediakan berbagai fasilitas, seperti bus, kereta api, dan kapal laut, untuk mendukung kelancaran arus mudik. Kebijakan ini bertujuan untuk membantu masyarakat agar dapat merayakan Idulfitri bersama keluarga dengan lebih nyaman.
Pada tahun 1980-an, pemerintah mulai menyediakan program mudik gratis untuk membantu masyarakat yang kesulitan dalam perjalanan pulang kampung. Sejak saat itu, mudik tidak hanya dianggap sebagai tradisi keagamaan tetapi juga sebagai acara sosial dan ekonomi yang melibatkan berbagai lapisan masyarakat.