Kabarminang – Suasana berbeda terasa di Gedung Hoerijah Adam, Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Sabtu (20/12/2025). Panggung tidak diisi seniman profesional, melainkan siswa-siswi SLTP Kota Padang Panjang yang menampilkan hasil belajar seni mereka sendiri.
Mereka adalah peserta Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS), program yang selama ini mempertemukan pelajar dengan seniman secara langsung di ruang kelas. Setelah berbulan-bulan belajar, kini karya mereka mulai dari tari, musik, hingga seni rupa, dipertunjukkan ke publik.
Pertunjukan dibuka dengan Tari Piriang Suluah, salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Penampilan ini bukan sekadar hiburan, tetapi menjadi penanda bahwa nilai budaya lokal tetap hidup di tangan generasi muda.
Wakil Wali Kota Padang Panjang Allex Saputra menilai GSMS memberi ruang penting bagi siswa untuk mengenal budaya tidak hanya lewat teori, tetapi melalui praktik langsung.
“Anak-anak tidak hanya belajar seni, tapi belajar merasakan, berproses, dan mengekspresikan jati diri mereka,” ujarnya.
Sebanyak 15 seniman dan 15 asisten seniman terlibat mendampingi siswa dari 15 sekolah tingkat SLTP selama program berlangsung. Pendampingan ini dinilai menjadi kunci tumbuhnya kepercayaan diri dan kreativitas peserta didik.
Perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumatera Barat, Nurmatias, menyebut GSMS sebagai cara efektif menjaga keberlanjutan budaya daerah.
“Budaya tidak cukup diajarkan, tapi harus dialami langsung oleh generasi muda,” katanya.
Selain orang tua dan kepala sekolah, kegiatan ini juga dihadiri jajaran Pemerintah Kota Padang Panjang. Bagi para siswa, tampil di panggung bukan sekadar penutup program, melainkan pengalaman awal untuk mencintai seni dan budaya mereka sendiri.













