Adib menjelaskan bahwa artikel opini berbeda dengan artikel ilmiah, baik dari segi format maupun gaya bahasa dan pilihan kata. Ia menuturkan bahwa artikel opini ditulis dengan kata-kata dan kalimat-kalimat yang mudah dipahami banyak kalangan. Ia menyebut bahwa pada umumnya artikel opini terbit di media massa. Karena itu, katanya, bahasa yang digunakan untuk menulis artikel populer kurang lebih sama dengan bahasa yang digunakan dalam menulis berita.
“Tujuannya ialah agar tulisan tersebut dapat dibaca oleh orang yang tingkat pendidikannya paling rendah sampai paling tinggi,” ucapnya.
Untuk mencari ide menulis artikel opini, Adib menyarankan mahasiswa untuk menempatkan diri sebagai penulis di mana pun berada agar melihat sesuatu sebagai hal yang bisa dijadikan tulisan. Selain itu, ia menyebut bahwa mencari ide menulis artikel juga bisa dilakukan dengan membaca (berita, buku, artikel, dan sebagainya), berdiskusi, menonton, dan mendengarkan radio.
“Penulis, apalagi calon penulis, perlu rajin membaca. Bagi calon penulis, misalnya penulis artikel, membaca bermanfaat untuk melihat struktur artikel, melihat bagaiamana penulis menuangkan idenya (dari membuka tulisan sampai menutup tulisan), melihat apa saja masalah yang bisa dijadikan artikel, dan menambah wawasan. Jika Anda sudah sering membaca artikel, dalam otak Anda akan tersimpan seperti apa sebuah artikel. Di sisi lain, jika punya banyak wawasan, Anda akan mudah dan percaya diri menulis suatu ide menjadi artikel karena Anda menguasai topik dalam ide itu. Anda juga bisa memilih teori yang cocok sebagai alat analisis untuk membedah masalah yang Anda bahas,” tuturnya.
Adib meminta mahasiswa Undhari, yang mayoritas merupakan calon penulis atau penulis pemula, untuk mengingat dua tahap menulis, yaitu tahap menuangkan ide dan tahap menyunting tulisan. Ia menjelaskan bahwa dalam tahap menuangkan ide, penulis hanya perlu menuliskan apa yang ingin disampaikan. Pada tahap itu, katanya, sebaiknya penulis tidak mengedit tulisan sebab hal itu akan mengganggu penulis dalam menuangkan ide.
“Biarkan saja ide Anda mengalir dulu melalui tulisan meskipun banyak salah ketik, salah menulis kalimat, salah menempatkan tanda baca,” ujarnya.
Adib menyarankan penulis pemula untuk mengedit tulisan sesudah selesai menuangkan ide secara utuh. Ia menerangkan bahwa mengedit merupakan tahap memperbaiki tulisan, juga melengkapi tulisan. Dalam mengedit, katanya, penulis biasanya menemukan ide-ide tambahan untuk melengkapi tulisan.
“Jangan langsung mengedit setelah menuangkan ide kecuali mengedit tanda baca dan tata bahasa. Biarkan Anda berjarak dulu dengan tulisan mentah itu agar Anda dapat melihat kekurangannya,” ucapnya.