Kabarminang – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda wilayah Kabupaten Limapuluh Kota kian memburuk. Titik api baru terdeteksi di kawasan Nagari Galugua, Kecamatan Kapur IX, pada Kamis malam (24/7), memperpanjang daftar lokasi terdampak di tengah status tanggap darurat yang telah diberlakukan sejak pekan lalu.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota, Rahmadinol, mengungkapkan bahwa pemicu utama kebakaran berasal dari praktik pembukaan lahan oleh masyarakat, khususnya untuk pembangunan objek wisata di kawasan Harau.
“Besarnya perkembangan pembangunan wisata Harau menyebabkan investor membuka lahan dengan cara dibakar. Ini sangat berbahaya dan menjadi penyebab utama karhutla,” ujar Rahmadinol dalam Rapat Koordinasi Karhutla di Kantor BPBD Sumbar, Senin (21/7/2025), seperti dikutip dari akun resmi Instagram @bpbdprovsumbar.
Meski pelaku pembakaran telah diidentifikasi, hingga kini belum ada laporan resmi yang memungkinkan penegakan hukum dilakukan. Sementara itu, petugas di lapangan mulai kewalahan menangani skala kebakaran yang terus meluas, terutama di wilayah berbukit dan sulit dijangkau seperti di belakang Homestay Saliguri, Nagari Tarantang, Kecamatan Harau.
“Pemadaman sangat sulit. Medannya terjal, akses terbatas, dan sumber air jauh. Kami kerja 24 jam, tapi keterbatasan peralatan menyulitkan,” tambah Rahmadinol, Rabu (23/7).
Kebakaran juga menyebabkan gangguan kesehatan bagi petugas, termasuk kelelahan dan sesak napas akibat paparan asap. Sejumlah personel dilaporkan tergelincir di medan licin dan minim perlindungan memadai.
Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota telah menetapkan status tanggap darurat melalui SK Bupati Nomor 300.2.3/156/BUP-LK/VII/2025, berlaku sejak 17 hingga 30 Juli 2025. Namun, seiring meluasnya area terdampak dan prediksi cuaca kering hingga akhir bulan, situasi diperkirakan belum akan membaik.