Kabarminang – Ia seharusnya sibuk menyiapkan masa depan, bukan mengandung tanpa tahu siapa ayah dari janin di perutnya. Namanya S (23), seorang perempuan difabel di Nagari Sungai Buluah Barat, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Di balik perut buncitnya, tersimpan kisah kelam: dua kali hamil, dua kali tak tahu siapa pelakunya. Lebih tragis lagi, ia dan keluarganya hidup di luar radar negara—tanpa identitas, tanpa bantuan, tanpa perlindungan.
Rumah Reyot di Tengah Kampung
Perjalanan ke rumah S membawa kami ke sudut kampung yang sepi. Sebuah pondok reyot berdiri di pinggir tanah rawa. Dindingnya dari papan lapuk, atap seng berkarat, tanpa jendela. Lantai rumahnya berlubang, air hujan merembes masuk setiap kali hujan turun.
“Kadang ular masuk, nyamuk, dingin, basah semua,” lirih Rina (45), ibu kandung S, saat ditemui Kabarminang, Kamis (24/7/2025).
Di sanalah S, ibu Rina, dan tiga saudaranya bertahan hidup. Dua di antaranya juga menyandang disabilitas. Adik bungsu S, yang seharusnya duduk di kelas dua SD, tak pernah merasakan bangku sekolah. Alasannya sederhana: tak ada uang, tak ada identitas, tak ada jalan keluar.
Hidup Tanpa Nama di Sistem Negara
Mereka bukan warga asli Nagari Sungai Buluah Barat. Belasan tahun lalu, Rina pindah dari Bukittinggi, membeli sebidang tanah kecil, dan mendirikan pondok darurat. Sejak itu, mereka hidup terasing.
“Hingga hari ini, kami tidak punya Kartu Keluarga. Tak pernah tercatat di Padang Pariaman. Tak pernah dapat bantuan sosial, tak ada jaminan kesehatan,” kata Rina.
Praktis, keluarga ini adalah “warga tak terlihat”. Hidup di tengah masyarakat, namun tak diakui negara. Mereka tak tercatat di data kependudukan, tak tersentuh program pemerintah.
Kisah S: Dua Kali Hamil, Tak Tahu Siapa Pelaku
S tumbuh dengan keterbelakangan mental. Kondisi ini membuatnya rentan menjadi korban. Beberapa waktu lalu, ia melahirkan anak pertama melalui operasi sesar. Siapa ayahnya? Ia tak tahu. Keluarga pun tak pernah mendapat kepastian hukum.
“Anaknya dibawa seorang perempuan pekerja tol di sini. Katanya kasihan karena S tidak mampu rawat,” ucap Rina.