Kabarminang.com – Pesona Budaya Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) adalah tradisi tahunan yang sarat makna dan warisan budaya. Berakar dari peringatan tragedi Karbala, Tabuik menggabungkan elemen sejarah, spiritualitas, dan seni budaya lokal.
Tradisi ini dimulai sejak awal abad ke-19, diperkenalkan oleh komunitas Muslim Syiah India yang membawa kisah heroik Imam Husain ke ranah Minangkabau. Seiring waktu, meskipun mayoritas masyarakat Pariaman adalah Sunni, tradisi Tabuik berkembang menjadi simbol persatuan masyarakat dan warisan budaya yang dirayakan secara kolosal.
Melalui rangkaian prosesi penuh simbolisme, musik tradisional, dan semangat gotong royong, Tabuik tak hanya memperingati sejarah tetapi juga menjadi daya tarik wisata internasional yang membanggakan.
Pesona Budaya Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat, adalah tradisi unik yang memadukan elemen sejarah, budaya, dan spiritual. Berikut adalah fakta-fakta menarik tentang tradisi ini:
Asal-usul dan Makna Tradisi
Tabuik berasal dari kata “tabut,” yang berarti peti atau tandu. Tradisi ini diperkenalkan oleh komunitas Muslim Syiah asal India pada awal abad ke-19 untuk memperingati tragedi Karbala, khususnya pengorbanan Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Meskipun masyarakat Pariaman mayoritas Sunni, acara ini diadopsi sebagai tradisi budaya untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan.
Sejarah dan Transformasi
Tradisi Tabuik dimulai pada tahun 1824 dan sempat menjadi alat politik selama penjajahan Belanda. Awalnya, hingga delapan Tabuik diarak, tetapi kini hanya dua Tabuik—Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Tradisi ini sempat terhenti pada 1969–1980 akibat keterbatasan dana dan konflik antar warga, tetapi dihidupkan kembali sebagai atraksi budaya.