Filosofi lelaki Minang adalah “Karantau madang di hulu, babuah babungo balun. Ka rantau bujang dahulu, di rumah paguno balun.” Yang artinya, jika belum berguna di kampung halaman, lebih baik merantau dulu mencari pengalaman dan kesuksesan.
Istilah Rantau
Di Minangkabau, ada 3 pembagian wilayah yang berpengaruh terhadap tradisi merantau, yaitu Darek, Rantau, dan Pasisie. Darek adalah pusat kebudayaan Minangkabau yang mencakup daerah Tanah Datar, Agam, dan 50 Kota.
Rantau adalah daerah tujuan orang Darek merantau, dan Pasisie adalah wilayah pesisir seperti Pasaman dan Pariaman. Dari sistem inilah muncul istilah “pai ka rantau,” yang berarti pergi mencari pengalaman dan kehidupan di tempat yang baru.
Rendang, Bekal Wajib Para Perantau
Tidak hanya jadi makanan tradisional Minangkabau, ternyata rendang juga jadi bekal yang wajib dibawa dalam tradisi merantau. Sifatnya yang tahan lama tanpa bahan pengawet menjadi faktor utama kenapa rendang jadi bekal yang dibawa perantau Minang saat meninggalkan kampung halaman.
Jadi, tak heran jika makanan ini bisa terkenal di berbagai daerah, bahkan sampai ke mancanegara.
Pantang Pulang Sebelum Sukses
Bagi orang Minang, merantau bukan sekadar pergi jauh dari rumah. Ada prinsip yang sudah tertanam kuat, yaitu “pantang pulang sebelum sukses.”
Itulah sebabnya, banyak perantau Minang yang bekerja keras dan mencapai kesuksesan sebelum pulang ke kampung halaman. Bagi mereka, pulang dalam keadaan sukses merupakan sebuah kebanggaan, baik untuk diri sendiri maupun keluarga.
Itulah beberapa fakta menarik seputar tradisi merantau.