Kabarminang.com – Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) menjadi tempat berkumpulnya beragam etnis dengan tradisi yang bermacam-macam, salah satunya adalah tradisi “Serak Gulo”. Tradisi khas ini berasal dari komunitas keturunan India yang masih terus dilestarikan sampai sekarang.
Tidak hanya sebagai tradisi, Serak Gulo juga menjadi simbol harmoni antara masyarakat keturunan India dan penduduk lokal Kota Padang. Berikut informasi singkat seputar tradisi unik Serak Gulo yang dirangkum dari berbagai sumber:
Asal Usul Tradisi Serak Gulo
Dalam bahasa Tamil, “Serak Gulo” berarti “pelemparan gula.” Tradisi Serak Gulo berawal dari kisah Syekh Shahul Hamid, seorang ulama penyebar Islam di Tamil Nadu, India yang dikenal karena kedermawanan dan kekuatan spiritualnya.
Suatu ketika, Raja Achuttapa Nayak seorang penguasa Hindu di Thanjavur menderita sakit yang disebabkan oleh ilmu sihir. Shahul Hamid diminta untuk menyembuhkan penyakit tersebut dan berhasil. Dari sinilah, masyarakat setempat melakukan menaburkan gula dari ketinggian sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Di Kota Padang, tradisi ini dilakukan dalam bentuk penghormatan terhadap Syekh Shahul Hamid sekaligus menjaga warisan budaya komunitas India di daerah ini.
Prosesi Tradisi Serak Gulo
Acara Serak Gulo biasanya dilakukan setiap 1 Jumadil Akhir dalam penanggalan Hijriyah dan berpusat di Masjid Muhammadan yang terletak di Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan. Prosesi dimulai dengan persiapan yang matang, mulai dari pengumpulan gula pasir dari sumbangan masyarakat keturunan India, pengemasan dalam kain perca warna-warni, hingga penyiapan atribut upacara seperti bunga mawar dan melati.
Perayaan dimulai menjelang sore ketika azan Ashar berkumandang. Dari atap masjid, gula-gula yang telah dikemas dalam kain itu dilemparkan ke arah kerumunan masyarakat yang telah berkumpul di bawah. Suasana ceria dan lantunan doa-doa pun terdengar.