Kabarminang – Sebanyak 80 kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) terjadi di Sumatera Barat (Sumbar) sepanjang Januari hingga Juli 2025. Kebakaran tersebut tersebar di 11 kabupaten dan kota, dengan total luas area terdampak mencapai 1.119,37 hektar.
Data tersebut dirilis Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Sumbar pada akhir Juli 2025. Informasi dihimpun berdasarkan sistem pemantauan Karhutla Sipongi Kementerian Kehutanan RI serta laporan dari BPBD kabupaten dan kota.
“Data itu adalah hasil rekapitulasi dari laporan yang masuk ke Pusdalops kami dan bersumber dari Sipongi Kementerian Kehutanan. Untuk data riil tentu perlu pengukuran langsung di lapangan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Sumbar, Rudy Rinaldy, Rabu (6/8).
Dari total luasan tersebut, kebakaran terbesar terjadi di Kabupaten Limapuluh Kota yang mencapai 886,87 hektar, disusul Kabupaten Solok seluas 108,5 hektar.
Kepala Pelaksana BPBD Limapuluh Kota, Rahmadinol, membenarkan bahwa daerahnya mencatat Karhutla terluas di Sumbar tahun ini. Ia menyebut data tersebut merupakan hasil kesepakatan dalam rapat koordinasi multipihak yang melibatkan pemerintah kabupaten, perangkat nagari, hingga kepala jorong.
“Data itu valid dan bisa dipertanggungjawabkan. Kami tidak berani mengurangi atau menambahkan, karena semuanya berasal dari laporan masyarakat, walinagari, hingga kepala jorong yang terdampak,” ujarnya.
Rudy Rinaldy menambahkan, perbedaan data bisa saja terjadi antara instansi seperti BPBD, BMKG, dan kementerian. Namun, dalam pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC), pihaknya menggunakan data dari BMKG karena lembaga tersebut memiliki kemampuan memantau pertumbuhan awan secara akurat.