Laporan terperinci petugas di lapangan
Kebakaran yang terjadi pada Kamis (17/7/2025) di Jorong Data Tampunik, Nagari Aripan, Kecamatan X Koto Singkarak, merupakan salah satu kebakaran besar. Damkar Solok menerima laporan pukul 16.32 WIB dan berhasil memadamkan api sekitar pukul 18.01 WIB.
Petugas Regu V dari Posdam Sumani melaporkan bahwa area yang terbakar merupakan lahan gambut milik Pemerintah Kabupaten Solok, seluas kurang lebih 2 hektare. Situasi sempat kritis karena api mendekati kandang ternak dan permukiman warga. Penanganan di lokasi menghadapi berbagai kendala teknis, seperti minimnya alat pelindung diri selang bocor, dan medan sulit berupa tanjakan curam dan jalan berlubang.
Sebelumnya, pada Rabu (16/07/2025) kebakaran juga terjadi di Jorong Pasa Jumat, Nagari Tanjung Bingkung, Kecamatan Kubung. Lahan seluas kurang lebih 1,5 hektare nyaris hangus jika tidak segera dipadamkan. Informasi awal diterima dari warga bernama Rela Purwati, dan pemadaman dilakukan oleh Regu VI Sumani bersama perwira piket.
Kebakaran juga kembali muncul di lokasi yang sama—Data Tampunik, Nagari Aripan—pada Kamis (17/07/2025) pagi dengan area terbakar mencapai 2 hektare. Api dipadamkan dua jam kemudian.
Pada Jumat (18/07/2025) petugas kembali disibukkan dengan laporan kebakaran lahan di Jorong Kajang, Nagari Sumani. Laporan masuk pukul 10.47 WIB. Api berhasil dikendalikan menjelang siang. Kebakaran di sana menghanguskan sekitar 1,5 hektare lahan.
Peralatan dan tenaga terbatas, medan sulit
Dari semua laporan yang diterima Damkar Solok, kata Aini, hampir semua titik kebakaran menghadapi kendala serupa: medan berat, keterbatasan armada dan personel, serta kondisi peralatan yang tidak memadai. Mayoritas selang pemadam mengalami kebocoran, dan nozel pancar tidak optimal.
Aini mengatakan bahwa kondisi itu diperparah dengan banyaknya jalur menuju lokasi kebakaran yang sempit, menanjak, dan berlubang. Karean itu, katanya, kendaraan pemadam kesulitan menjangkau titik api secara cepat. Beberapa lokasi, kata Aini, bahkan hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki.
“Kami tidak punya cukup armada untuk menjangkau semua titik. Personel kelelahan, peralatan rusak. Tapi, kami tetap berupaya semaksimal mungkin,” ujar Aini.
















