Tiga terdakwa lainnya yang membantu dalam distribusi, yakni Randi Yufelianda, Prima Hidayat, dan Zulfi Rahmad Wanda, dituntut dengan pidana penjara seumur hidup.
Pengungkapan kasus
Kasus itu terungkap berkat informasi warga, kemudian ditindaklanjuti oleh tim Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumbar. BNNP Sumbar menghentikan dua kendaraan di Jalan Lintas Sumatera, Jorong III Koto Tinggi, Nagari Sundata, Kecamatan Lubuk Sikaping, pada Jumat (11/10/2024). Dalam mobil pikap Daihatsu Grandmax ilver hitam bernomor polisi BK 8283 MQ, yang dikemudikan oleh Muhammad Rijalta dan Randi, petugas menemukan 497 paket ganja besar dan dua paket sedang. Total berat ganja tersebut mencapai 514,2 kilogram. Selain memyita narkotika, petugas menyita enam ponsel, dua kendaraan pick-up, kartu ATM, serta berbagai dokumen pendukung.
Hasil penyidikan mengungkap bahwa ganja berasal dari Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Ganja itu dibeli oleh Muhammad Rijalta dengan mentransfer uang senilai Rp220 juta ke rekening milik Hasimi dan seorang lainnya bernama Ali.
Untuk mengelabui petugas, pengendar mengemas ganja dalam kotak ikan yang ditutup terpal dan dimuat secara manual hingga larut malam. Tim pengangkut berangkat dari Batusangkar menuju Aceh dengan dalih menjemput kaca, padahal mereka mengangkut ganja dari Sangir-Blangkejeren menuju Sumbar.
Barang bukti telah ditimbang oleh PT Pegadaian Area Padang dan diuji oleh Balai Besar POM Padang. Hasil pengujian menyatakan bahwa sampel positif mengandung ganja, yang tergolong Narkotika Golongan I berdasarkan Permenkes Nomor 30 Tahun 2023 dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Ketiga terdakwa dijerat dengan Pasal 114 ayat (2) juncto Pasal 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 karena terbukti melakukan pemufakatan jahat serta peredaran narkotika dalam jumlah besar tanpa hak atau izin.
Jika jaksa mengajukan banding dan dikabulkan, mereka bisa menjadi terdakwa narkoba pertama di Sumbar dalam lima tahun terakhir yang dijatuhi hukuman mati.