Kabarminang.com – Tumpukan material hasil erupsi Gunung Marapi dinilai berpotensi menimbulkan aliran air yang dapat berujung pada banjir lahar dingin, terutama di musim penghujan. Hal ini disampaikan oleh petugas dari Pos Gunung Api (PGA) Gunung Marapi, Teguh Purnomo.
Menurut Teguh, fenomena yang tampak seperti retakan di puncak gunung jika dilihat dari kejauhan sebenarnya merupakan jalur aliran air yang terbentuk akibat endapan sedimen letusan sebelumnya.
Terutama setelah hujan lebat, air bercampur dengan material vulkanik seperti pasir dan batu mengalir melalui celah-celah yang ada di lereng gunung.
“Tampak seperti rekahan dari jauh, apalagi jika dilihat dengan kamera atau drone. Padahal itu sebenarnya alur air yang membawa material vulkanik turun dari puncak gunung,” jelasnya yang dilansir dari keterangan resmi pada Sabtu (19/7).
Ia menegaskan bahwa tidak ada perubahan struktur permanen pada tubuh Gunung Marapi pasca-erupsi besar yang terjadi pada 3 Desember 2023. Namun, jalur-jalur aliran air yang sebelumnya tertutup vegetasi kini menjadi terlihat jelas akibat guguran material letusan yang masih labil.
“Itu bukan rekahan geologis, melainkan jalur aliran air yang terbentuk karena hujan deras yang membawa sedimen. Air mengalir deras melalui lereng, membentuk semacam lembah kecil yang tampak seperti celah,” tambah Teguh.
Teguh juga menyebutkan bahwa jalur aliran ini sebenarnya telah ada sebelum erupsi besar terjadi. Namun, keberadaannya kurang terlihat karena tertutup vegetasi yang lebat.
Erupsi yang bersifat tidak terus-menerus membuat sebagian besar pohon-pohon di sekitar jalur aliran itu mati, sehingga kini jalur tersebut lebih terbuka dan rentan mengalirkan air bercampur material vulkanik.