Kabarminang – Situasi mencekam terjadi di kawasan Tamansari, Kota Bandung, saat aparat gabungan TNI dan Polri diduga melakukan serangan ke dalam area kampus Universitas Pasundan (Unpas) dan Universitas Islam Bandung (Unisba) pada Senin malam hingga Selasa (2/9) dini hari.
Dalam sejumlah video yang beredar luas di media sosial, terlihat aparat keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet ke dalam lingkungan kampus. Suasana panik dan ketakutan melanda mahasiswa yang tengah berlindung di dalam gedung. Beberapa mahasiswa terlihat dievakuasi oleh rekan-rekannya, sementara suara tembakan dan letupan petasan terdengar bersahutan di udara.
Rekaman CCTV juga menunjukkan keberadaan aparat bersenjata lengkap dan kendaraan taktis militer termasuk panser berkumpul di kawasan Jalan Tamansari, tak jauh dari lokasi kampus.
Menurut informasi dari akun @lbhbandung, selain menembakkan gas air mata dan peluru karet, aparat juga menyerang area kampus yang saat itu difungsikan sebagai zona aman dan posko medis bagi korban demonstrasi. Sejumlah mahasiswa dilaporkan mengalami sesak napas akibat paparan gas air mata, sementara satpam kampus disebut menjadi korban tembakan peluru karet hingga tergeletak di lantai.
“Menyerang kampus berarti menyerang kebebasan akademik, demokrasi, serta hak konstitusional mahasiswa untuk menyuarakan pendapat. Negara harus tahu batas, dan hari ini batas itu telah dilanggar secara terang-terangan,” tulis LBH Bandung dalam pernyataannya.
Kejadian ini bermula setelah berlangsungnya aksi unjuk rasa mahasiswa di depan Gedung DPRD Jawa Barat pada Senin sore. Aksi tersebut berakhir ricuh dan menyebabkan puluhan demonstran terluka. Mereka kemudian dievakuasi ke kampus Unisba yang dijadikan tempat evakuasi dan perawatan medis oleh para relawan.
Namun situasi semakin genting saat aparat memasuki area kampus dan melakukan penyisiran. Kaca masjid di dekat gedung Unpas pecah akibat bentrokan, dan satu unit sepeda motor dilaporkan terbakar di luar kampus.
Hingga pagi hari, penjagaan ketat masih dilakukan di depan gerbang kampus oleh satpam dan aparat. Mahasiswa yang tertahan di dalam kampus mengaku kesulitan mendapatkan bantuan medis dan suplai oksigen. Beberapa dari mereka masih enggan keluar karena khawatir wilayah sekitar kampus masih dikepung aparat.
Aksi pembubaran ini menuai kritik keras dari berbagai pihak, terutama karena kampus dianggap sebagai zona netral dan seharusnya dilindungi dari kekerasan.