Kisah pahit korban
Kasus itu meninggalkan luka mendalam bagi korban. Mereka rata-rata berasal dari kalangan pekerja swasta, guru honorer, pensiunan, hingga pegawai toko. Uang yang disetorkan merupakan hasil jerih payah menabung bertahun-tahun.
Fadly (31), karyawan swasta asal Kelurahan Kurao Pagang, Kecamatan Nanggalo, salah satu korban. Ia mengaku menyetorkan Rp10,5 juta pada Juni 2025 untuk membangun pagar rumahnya. Namun, hingga kini tidak ada material maupun tukang yang datang.
“Saya sudah mendatangi kantor mereka di Gunung Pangilun, tapi tidak pernah bertemu dengan direkturnya. Adminnya hanya memberikan alasan bos sakit atau sedang cuti. Pesan WhatsApp saya terakhir dibalas Agustus, setelah itu tidak lagi,” ucap Fadly.
Nasib serupa dialami Fadillah Muthmainah (25), guru honorer asal Padang Pariaman. Ia menyetor Rp27 juta untuk pembangunan dapur rumah yang direncanakan menjadi tempat tinggal setelah menikah. Namun, pekerjaan yang dijanjikan tidak pernah terealisasi.
“Dari Rp27 juta, saya hanya menerima pengembalian Rp2 juta. Sisanya tidak jelas. Karena uang itu, rencana pernikahan saya batal. Rumah yang saya impikan tidak selesai, dan tabungan yang saya kumpulkan bertahun-tahun habis begitu saja,” ujar Fadillah dengan suara bergetar.
Korban lainnya, Ria (33), warga Kelurahan Batipuh Panjang, Kecamatan Koto Tangah, menyebut dirinya juga ditipu dengan pola yang sama. Ia telah membayar Rp12 juta untuk pengerjaan finishing dapur dan pemasangan pagar, namun pekerjaan hanya berjalan empat hari lalu berhenti.
“Direkturnya berjanji akan mengembalikan Rp9 juta. Tapi sampai sekarang tidak ada realisasi. Saya hanya diberi janji, sementara dapur saya masih terbengkalai,” kata Ria.
Masih aktif promosi
Yang lebih mengejutkan, meski banyak laporan, perusahaan ini disebut masih aktif mempromosikan jasa renovasi rumah di media sosial. Mereka bahkan beberapa kali pindah kantor. Lokasi terakhir berada di Kelurahan Gunung Pangilun, Kecamatan Padang Utara, dekat MAN 2 Padang.