Kabaminang – Hari pertama tahun ajaran baru diwarnai aksi protes warga di Kelurahan Garegeh, Kota Bukittinggi. Puluhan warga setempat menggembok gerbang SMA Negeri 5 Bukittinggi pada Senin (14/7) pagi, karena kecewa puluhan anak dari daerah setempat tidak diterima di sekolah tersebut.
Akibat aksi ini, aktivitas belajar mengajar terganggu. Sejumlah guru dan siswa tertahan di luar gerbang sekolah yang digembok warga sejak pagi.
Tokoh masyarakat sekaligus pengurus Parik Paga Kurai, Hasanuddin Sutan Rajo Bujang, menyebut setidaknya ada 35 anak dari Kelurahan Garegeh dan Koto Selayan yang berada dalam zona lokasi sekolah, namun tidak lulus seleksi penerimaan siswa baru tahun ajaran 2025.
“Kami minta hak didik anak kemenakan kami sesuai Permendikbud. Mohon kepada dinas terkait agar tidak mempersulit anak masuk sekolah di Bukittinggi,” kata Sutan kepada awak media.
Menurutnya, aksi penggembokan ini bukan yang pertama kali dilakukan. Pada 2017 lalu, warga juga pernah melakukan hal serupa dengan alasan yang sama.
Ia juga menyinggung bahwa lahan tempat berdirinya SMA 5 merupakan tanah ulayat masyarakat setempat, yang diserahkan untuk pembangunan sekolah dengan kesepakatan akan memprioritaskan penerimaan siswa dari daerah sekitar.
“Kami bersama tokoh adat yang mengizinkan pembangunan serta menjaga sekolah ini sejak lama. dulu dinyatakan satu lokal diprioritaskan untuk warga lokal, tapi ternyata terjadi hal seperti ini,” tegasnya.