Kabarminang – Proyek pembangunan radar laut canggih di Kota Pariaman mulai menyita perhatian publik. Nilai anggaran yang mencapai Rp28 miliar menjadi sorotan, meskipun proyek ini digadang-gadang memiliki manfaat besar untuk mitigasi bencana dan pemantauan kelautan.
Radar tersebut dibangun oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bekerja sama dengan BPBD Kota Pariaman, dan akan menggunakan teknologi frekuensi tinggi (HF Radar) yang diklaim aman bagi lingkungan dan masyarakat.
“Ini adalah radar dengan teknologi frekuensi tinggi, tapi aman. Tidak ada radiasi berbahaya, bahkan jika orang berada dekat selama 24 jam. Alat ini biasa juga digunakan di bandara,” ujar Radius Syahbandar, Kalaksa BPBD Kota Pariaman, Selasa (15/7/2025).
Radar ini tidak hanya berfungsi untuk deteksi dini tsunami dan cuaca ekstrem, tetapi juga dapat membaca pergerakan arus laut hingga bawah permukaan. Teknologi ini akan berguna dalam sektor perikanan, pelayaran, hingga wisata edukatif.
“Fungsinya luas, bukan hanya untuk kebencanaan. Alat ini bisa bantu nelayan dalam membaca arus laut serta mendukung keselamatan pelayaran,” jelas Radius.
Mulai Dibangun Agustus 2025
Proyek konstruksi dijadwalkan dimulai Agustus 2025, sementara pemasangan radar dilakukan pada Februari 2026. Radar akan ditempatkan di lahan seluas 300 x 30 meter di kawasan pantai, dengan bangunan utama hanya sebesar 3 x 4 meter.
Meski berdiri di kawasan wisata, Radius memastikan bahwa pembangunan tidak mengganggu aktivitas warga maupun kelestarian lingkungan.
“Tidak ada aktivitas warga yang terganggu. Hanya bangunan permanen dan cahaya berlebih yang dilarang dekat radar karena bisa ganggu fungsinya,” katanya.
Menariknya, BMKG akan menggandeng masyarakat lokal sebagai penjaga alat. Mereka akan mendapatkan honor secara berkala dari anggaran proyek.
“BMKG sudah siapkan sistem keamanan berbasis masyarakat. Ini alat bersama, masyarakat juga yang jaga. Ada warga lokal yang digaji untuk mengawasi,” tambahnya.
Lokasi radar yang berada di kawasan pariwisata akan dikembangkan menjadi destinasi edukatif, tempat masyarakat bisa belajar tentang teknologi radar dan mitigasi bencana.
“Jadi bukan cuma bangun radar, tapi juga bangun pengetahuan. Ini bisa jadi daya tarik wisata baru di Pariaman,” pungkas Radius.