Kabarminang — Polisi mengungkap penyebab Herry Supriatno (41) alias Rino alias Monok, terduga pelaku kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Limapuluh Kota. Pelaku mengaku menganiaya istrinya karena sakit hati disindir mencuri emas dan uang milik anggota keluarga istrinya.
Kepala Satuan Reskrim Polres Payakumbuh, AKP Wiko Satria, mengatakan bahwa istri Rino, WP (36), awalnya kepada Rino dengan nada menyindir perihal hilangnya emas dan uang tunai milik anggota keluarga WP di rumahnya di Nagari Sungai Beringin, Kecamatan Payakumbuh, Limapuluh Kota. Wiko menyebut bahwa Rino tidak terima disindir. Lalu, katanya, pada Senin (30/6) sekitar pukul 3.00 WIB Rino memukul WP secara membabi buta.
“Dia memukul kepala dan telinga istrinya dengan palu. Akibatnya, bagian kepala korban mengalami luka berat dan harus menjalani operasi,” ujar Wiko pada Selasa (3/7).
Saat diinterogasi, kata Wiko, Rino mengakui mengambil emas dan uang milik anggota keluarga WP.
Wiko mengatakan bahwa Rino melarikan diri setelah menganiaya istrinya. Ia menyebut bahwa sempat Rino melarikan diri ke rumah keluarganya di Pangkalan Koto Baru, Limapuluh Kota. Pihaknya kemudian menggelandang Rino ke sel Kantor Polres Payakumbuh pada Rabu (2/7) atas dugaan melakukan KDRT. Terkait dengan kasus dugaan penganiaayn itu, Wiko menyebut bahwa penyidik menyita barang bukti berupa palu besi, switer, dan sarung bantal yang dipenuhi lumuran darah korban.
“Dia sudah ditetapkan sebagai tersangka dan sudah kami tahan.. Kini dia menjalani proses penyidikan,” ucap Wiko.
Dalam penyidikan, pihaknya menemukan indikasi bahwa Rino menganiaya istrinya dalam pengaruh narkotika. Perihal indisikasi itu, pihaknya fokus pada pemeriksaan KDRT dahulu sebelum menyelidiki kasus dugaan penyalahgunaan narkotika tersebut.
“Kami akan berkoordinasi dengan Satuan Resnarkoba dalam hal ini. Jika benar, perkara narkotika akan disidik oleh Satuan Resnarkoba,” tutur Wiko.
Wiko menambahkan bahwa WP merupakan pengajar Al-Qur’an di Ma’had Tahfidz Hubbul Qur’an, kawasan Subarang Batuang, Kelurahan Koto Tangah, Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh.
Sebelumnya, Ketua Tim Pelayanan Medik RSOM Bukittinggi yang mengoperasi korban, Genta Ma Putra, mengatakan bahwa pihaknya mengoperasi korban karena korban mengalami trauma cukup besar di bagian kepala sebelah kiri.
“Karena ada luka terbuka dan pendarahan massif, kami harus melakukan CT scan kepala. Dari CT scan kepala itu ditemukan ada bagian kepala yang pecah yang disebabkan faktor trauma atau benturan yang sangat keras sehingga berakibat patahan tulang kepala,” ujar Genta.