Melalui edukasi kepada pemerintah kecamatan dan nagari, ia berhasil membantu meningkatkan jumlah Bumnag aktif menjadi 89 unit pada tahun 2023. Eko menargetkan agar 93 Bumnag yang masih mati suri dapat diaktifkan pada 2025 mendatang.
Eko menjelaskan bahwa Bumnag yang aktif bergerak di berbagai bidang usaha seperti penyediaan air bersih, pertanian, warung kelontong, fotokopi, dan usaha simpan pinjam.
Meski begitu, ia menyebutkan beberapa kendala yang dihadapi, seperti kurangnya inovasi dari pengurus dalam mengembangkan potensi usaha di nagari.
Kendala lainnya adalah sulitnya mencari orang yang mau menjadi pengurus karena tidak adanya gaji tetap pada awal operasional Bumnag.
“Modal untuk Bumnag bisa diperoleh melalui dana desa atau investasi dari pihak swasta. Namun, masalah utama adalah mencari orang yang bersedia menjadi pengurus tanpa gaji pada tahap awal,” kata Eko.
Eko berharap bahwa Bumnag dapat memanfaatkan peluang besar dari program makan siang bergizi dengan menyediakan bahan baku dari sektor perikanan, pertanian, dan peternakan.
Ia menekankan bahwa jika Bumnag aktif, ekonomi di nagari akan tumbuh dan uang akan berputar di tingkat lokal, sehingga membawa manfaat langsung bagi masyarakat.
Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan Bumnag di Pesisir Selatan dapat kembali berfungsi dengan optimal dan mendukung perekonomian nagari.