“Yang sudah pernah terlibat kami mediasi bersama orang tua dan polsek. Mereka wajib lapor secara rutin. Terakhir, sebulan lalu,” ucapnya.
Indra menyampaikan bahwa pihaknya sekolah mendukung penuh rencana pelatihan dari polsek bagi siswa yang terlibat kenakalan remaja. Pihaknya sudah mengajukan delapan siswanya untuk ikut pelatihan.
“Orang tua mereka bersedia anak mereka ikut pelatihan di polsek,” ujarnya.
Menurutnya, peran sekolah tak cukup jika tidak dibarengi pengawasan orang tua. Karena itu, ia meminta orang tua siswa aktif mengawasi anak.
Ia menambahkan bahwa sekolahnya telah memiliki Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK). Pihaknya tetap memberikan kesempatan pendidikan bagi siswa yang pernah terlibat kenakalan remaja asalkan tidak mengulangi pelanggaran.
Ada geng, ada ketimpangan pendampingan
Kepala MTsN 3 Padang, Nurhidayati, mengatakan bahwa pihaknya sudah berupaya membina siswa. Namun, ia menilai kenakalan remaja juga dipengaruhi oleh minimnya pendampingan keluarga.
“Banyak orang tua sibuk bekerja. Anak kurang diawasi. Nilai-nilai agama juga kadang belum cukup tertanam,” ujarnya.
Ia mencontohkan bahwa masih ada siswa yang bolos salat berjemaah dan membentuk kelompok pertemanan yang rawan terlibat kekerasan. Ia menyebut bahwa anak-anak itu suka cabut dari sekolah dan biasanya punya geng. Menurutnya, anak-anak seperti itu perlu diwaspadai.