Sementara itu, warga Koto Rawang, Delfison (45), mengatakan bahwa warga kesal terhadap spanduk peringatan itu karena dipasang setelah jembatan tersebut memakan korban jiwa. Karena kesal, kata Delfison, warga membuang satu spanduk tersebut, yaitu spanduk yang berada di pintu jembatan dari Koto Rawang menuju ke arah Nagari Salido Saribulan.
Delfison menyatakan bahwa spanduk itu merupakan spanduk peringatan pertama yang dipasang Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan sejak jembatan darurat itu dibangun. Ia mengetahui hal itu karena rumahnya berada di belakang jembatan tersebut.
Sebelumnya diberitakan bahwa dua orang warga Nagari Koto Rawang terjatuh ke sungai berbatu besar saat melewati Jembatan Koto Rawang pada Minggu (20/7) sekitar pukul 12.00 WIB.
Wali Nagari Koto Rawang, Derijol, mengatakan bahwa kedua warga itu bernama Nurhayati (46) dan Dini Ermawati (19). Ia menyebut bahwa keduanya merupakan ibu dan anak.
“Mereka terjatuh saat melewati jembatan itu dengan sepeda motor sepulang dari Pasar Sago. Mereka terjatuh diduga karena hilang kendali sebab lebar jembatan hanya satu meter dan tidak ada pembatas di kiri kanan jembatan,” ujarnya.
Setelah keduanya terjatuh ke Sungai Batang Salido, kata Derijol, sejumlah warga mengevakuasi kedua korban dari sungai dan membawa mereka ke RSUD M. Zein.
“Nurhayati masih hidup ketika terjatuh ke sungai. Dia meninggal saat dirawat di RSUD. Sementara itu, anaknya dirujuk ke RSUP M. Djamil Padang,” ucapnya.
Derijol menerangkan bahwa jembatan itu merupakan jembatan darurat yang dibuat oleh warga setelah banjir besar melanda Nagari Koto Rawang pada Maret 2024. Ia mengatakan bahwa jembatan itu awalnya merupakan jembatan gantung sepanjang 50 meter dengan lebar 2,5 meter. Ia menyebut bahwa jembatan itu hanyut disapu banjir.