Kabarminang – Banyak generasi muda mungkin tak lagi mengenal siapa perempuan yang setia mendampingi proklamator dan Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, Mohammad Hatta.
Dialah Siti Rahmiati Hatta, sosok sederhana yang menjadi penopang moral sekaligus sumber ketenangan dalam kehidupan Bung Hatta — seorang pemimpin yang dikenal teguh, jujur, dan menjunjung tinggi prinsip.
Latar Belakang: Anak Pegawai Kereta Api dan Perempuan Pejuang
Siti Rahmiati lahir di Bandung, 16 Februari 1926. Ia adalah putri sulung dari Abdul Rachim, seorang pegawai kereta api, dan Siti Satiah Annie, perempuan keturunan Aceh yang aktif dalam organisasi perempuan Wanito Sejati.
Sejak kecil, Rahmi tumbuh di lingkungan keluarga yang menekankan pentingnya pendidikan, disiplin, serta semangat kebangsaan.
Pendidikan Rahmi menonjol untuk ukuran zamannya. Ia bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), Het Christelijk Lyceum, dan MULO, seluruhnya berbasis sistem pendidikan Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, ia sempat bekerja di Institut Pasteur Bandung, tempat yang kelak mempertemukannya dengan Bung Hatta.
Cinta yang Lahir dari Kecerdasan, Bukan Penampilan
Kepribadian Rahmi yang cerdas, mandiri, dan berwawasan luas membuat Bung Hatta tertarik — bukan karena rupa, tetapi karena cara berpikir dan ketenangannya.
Berbeda dengan banyak kisah cinta tokoh besar yang penuh warna, hubungan Bung Hatta dan Rahmi justru sederhana, tulus, dan sangat manusiawi.
“Cinta mereka tak butuh sorotan publik. Cukup dibuktikan lewat kesetiaan dan kebersamaan dalam kesederhanaan,” demikian diungkapkan keluarga Hatta dalam beberapa biografi.
Janji Bung Hatta: Menikah Setelah Indonesia Merdeka
Bung Hatta dikenal teguh pada prinsip. Saat menempuh studi di Belanda, ia pernah berjanji, tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka.