Gagasan ini khas Minangkabau: rakyat dan tentara saling menopang. Ia juga membentuk Pasukan Mobil Teras (PMT) yang bertugas menjaga komunikasi dan logistik antar wilayah. Ini adalah bentuk pertahanan kreatif, dengan kekuatan lokal menghadapi pasukan Belanda yang jauh lebih modern.
Guru Bangsa yang Gugur di Medan Tugas
Di samping menjadi aktivis dan pejuang, Chatib juga seorang pendidik. Ia pernah memimpin HIS Muhammadiyah Padang Panjang, mendirikan Merapi Institut, serta Islamic Seminary di Kampung Nias. Cita-citanya sederhana: mencerdaskan anak bangsa dengan ilmu agama, bahasa, dan nasionalisme.
Namun perjuangannya terhenti pada 15 Januari 1949. Ia gugur dalam Peristiwa Situjuh Batur, saat mempertahankan republik dari serangan Belanda. Chatib Sulaiman gugur sebagai Ketua MPRD, Bapak BPNK, dan pemimpin yang tak pernah gentar.
Kini, nama Chatib Sulaiman memang tetap hidup di tengah kota Padang. Tapi kisahnya, dedikasinya, dan semangatnya layak kita kenang lebih dari sekadar nama di papan jalan.