Namun, belum dapat dipastikan apakah AUI yang disebutkan LLDIKTI tersebut merupakan institusi yang sama dengan AUI yang akan memberikan gelar kepada Gubernur Mahyeldi.
Kabarminang.com juga berupaya menelusuri kredibilitas AUI di tingkat internasional. Dalam pencarian pada QS World University Rankings, AUI tidak ditemukan sebagai bagian dari perguruan tinggi yang masuk peringkat. Pada situs itu, misalnya, Universitas Andalas masuk dalam jajaran peringkat 1.400+ dunia.
Dalam situs resminya, AUI mencantumkan alamat di Jalan BG 3B/1 Bangi Gateway 3B, Seksyen 15, Bandar Baru Bangi, Selangor, Malaysia. Dalam laman sejarahnya, AUI mengklaim berdiri sejak awal 2000-an melalui lembaga pendidikan Yales yang kemudian berkembang menjadi Akademi Yayasan Taruma Negara, dan akhirnya berubah menjadi Asean University International pada 11 Maret 2019. Lembaga itu juga menyebutkan kerja sama dengan Al-Khalifa Business School (London) serta ALFA University College (Malaysia) meski belum ada konfirmasi lebih lanjut dari pihak ketiga atas klaim tersebut.
Sementara itu, akun Facebook bernama Asean University International juga menyematkan alamat di Kota Bogor, Jawa Barat, dengan mencantumkan email resmi yang terhubung ke situs universitas yang sama dengan AUI Malaysia.
Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setdaprov Sumbar, Mursalim, enggan memberikan komentar pada Senin (7/7) soreketika diminta konfirmasi tentang penganugerahan gelar doctor HC kepada Mahyeldi.
Lulus sidang S-2
Mahyeldi baru saja menyelesaikan pendidikan S-2 di University Islam Antarabangsa Sultan Abdul Halim Mu’adzam Shah (UniSHAMS), Malaysia. Ia dinyatakan lulus dalam sidang tesis Magister Manajemen yang digelar daring pada Rabu (2/7) dari Istana Gubernuran, Padang.
Dalam sidang tersebut Mahyeldi mengangkat tema wakaf dengan judul tesis “Strategi Pengembangan Wakaf Produktif dalam Pengentasan Kemiskinan di Sumatera Barat.” Ia menjelaskan bahwa topik tersebut dipilih sebagai bentuk kontribusi pemikiran untuk mencari solusi terhadap permasalahan sosial ekonomi yang berkembang di tengah masyarakat.
“Wakaf bukan hanya tentang amal ibadah, tapi juga merupakan salah satu instrumen ekonomi yang memiliki potensi besar untuk mengatasi ketimpangan dan memperkuat kemandirian umat secara ekonomi,” ujar Mahyeldi.