Kabarminang – Cuaca ekstrem disertai gelombang tinggi dalam sepekan terakhir membuat nelayan di Kota Pariaman memilih tidak melaut. Perahu-perahu mereka kini hanya terparkir di tepi pantai tanpa aktivitas bongkar muat seperti biasanya.
“Kalau sekarang nekat ke laut, sama saja bertaruh nyawa,” ujar Ismet (47), salah satu nelayan di Desa Taluak, Kecamatan Pariaman Selatan, kepada Sumbarkita, Rabu (5/11).
Ismet menyampaikan bahwa dalam beberapa hari terakhir angin kencang dan ombak besar sering muncul tiba-tiba. Kondisi tersebut menyulitkan kapal kecil milik nelayan tradisional untuk bertahan di tengah laut. Karena itu, para nelayan memilih bertahan di darat sambil memperbaiki peralatan atau melakukan pekerjaan lain di sekitar rumah.
“Biasanya kami melaut setiap hari. Sekarang paling hanya ke pantai, betulkan jaring atau bantu istri di rumah,” tambahnya.
Ia berharap cuaca segera membaik agar bisa kembali bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga.
“Semoga minggu depan bisa turun lagi. Kalau tak melaut terlalu lama, dapur bisa berhenti ngebul,” ujar Ismet dengan nada setengah bercanda.
Dampak berhentinya aktivitas melaut turut dirasakan di pasar tradisional. Pasokan ikan menurun, dan beberapa jenis ikan laut seperti tongkol, kembung, serta ikan karang mengalami kenaikan harga sekitar 20–30 persen dibanding bulan lalu.
“Biasanya ikan datang dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) setiap pagi. Sekarang kadang kosong karena nelayan tak melaut,” ungkap Yulita, pedagang ikan di Pasar Pariaman.















