Situasi saat itu sangat genting. Laut gelap, ombak tinggi, dan daratan tidak tampak sama sekali. Dengan hanya mengandalkan kompas dan semangat bertahan hidup, para penumpang yang berenang terus bergerak perlahan. Mereka sempat terpisah oleh arus, namun tetap berusaha berenang dalam satu arah.
Perjuangan mereka berlangsung selama hampir enam jam. Sekitar pukul 17.30 WIB, para korban berhasil mencapai bibir pantai dan segera mencari pertolongan warga setempat.
“Mereka berenang dari sekitar titik tengah Selat Sipora menuju darat tanpa pelampung. Beberapa di antara mereka sudah lemas saat ditemukan, tapi semua berhasil selamat,” ujar Rinto.
Identitas Korban Selamat
Enam korban yang selamat diketahui sebagai berikut:
-Peter Son (operator boat)
-Marlon Saragi (DPKP)
-Nensyah Niningtias (DPKP)
-Emilia Contesa (DPKP)
-Marhan Saleleubaja (DPKP)
-Gunawan Toroi (kontraktor)
Ditambah satu orang operator boat lainnya, yang identitasnya belum diketahui.
Kesaksian mereka menjadi kunci penting dalam merangkai kronologi peristiwa dan menentukan lokasi awal kejadian. Dari penuturan mereka pula, Tim SAR mendapatkan titik koordinat perkiraan tempat boat terbalik, yakni pada 2°27’20.26″ LS dan 99°56’23.32″ BT.
Respons Pemerintah dan Harapan Keluarga Korban
Pemerintah daerah langsung merespons laporan tersebut dengan menggelar rapat terbatas dan berkoordinasi dengan Basarnas. Kapal Basarnas dan RIB 02 Mentawai dikerahkan untuk menyisir perairan antara Pagai Utara dan Sipora. Operasi SAR juga dibantu oleh unsur dari masyarakat dan pemerintah nagari setempat.
Hingga berita ini diturunkan, 11 penumpang lainnya masih dalam pencarian. Di antara mereka terdapat seorang anggota DPRD Kepulauan Mentawai bernama Isar, serta dua anaknya, dan sejumlah ASN dari dinas PUPR, BKPSDM, dan DPKP.
Bupati Rinto menyatakan bahwa pihaknya akan terus memantau dan mendukung penuh seluruh proses pencarian, serta memberikan pendampingan bagi keluarga korban.