“Festival ini bukan sekadar agenda seremonial. Ini adalah gerakan kolektif untuk menghidupkan kembali budaya dan nilai-nilai luhur kita yang mulai tergerus zaman,” tambahnya.
Program “100 Festival” akan menghadirkan berbagai kegiatan khas daerah seperti festival layang-layang, bajulo-julo, batagak gala, batagak rumah gadang, gasiang, malamang, juadah dan tulak bala, silek, hingga ulu ambek, yang akan digelar bergilir di nagari-nagari.
“Kalau tidak kita angkat melalui festival, tradisi-tradisi ini akan hilang dan dilupakan. Kita ingin budaya kita mendunia dan diwariskan ke generasi muda,” ujarnya penuh semangat.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Padang Pariaman, Hendri Satria, selaku panitia pelaksana, menjelaskan bahwa tujuan dari program ini adalah membangkitkan semangat masyarakat dalam melestarikan budaya nagari sekaligus mengembangkan ekonomi kreatif lokal.
Sementara itu, Nita Christanti Azis, selaku inisiator dan tim kurator program, menyampaikan keprihatinannya atas kurangnya perhatian terhadap kekayaan budaya lokal.
“Budaya kita sangat kaya, tapi selama ini belum banyak yang mengangkatnya secara serius. Melalui program ini, kita juga ingin mendukung UMKM dan para pengrajin agar tetap eksis dan berkembang,” ungkapnya.
Dengan pencanangan “100 Festival”, Pemkab Padang Pariaman berharap mampu menciptakan ekosistem budaya yang hidup serta menjadi pendorong ekonomi kreatif yang merata di seluruh nagari.