Kabarminang – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Limapuluh Kota tengah mempertimbangkan penggunaan water bombing untuk menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang meluas sejak Mei 2025. Instansi tersebut berencana melakukan hal itu mulai karena upaya pemadaman darat mengalami sejumlah hambatan. Medan terjal, pasokan air terbatas, serta meluasnya sebaran api menjadi faktor yang mendorong BPBD pilihan tersebut.
Sebagai informasi, water bombing adalah metode pemadaman kebakaran dimana air dijatuhkan ke titik api menggunakan kontainer khusus melalui wahana udara seperti helikopter dan pesawat
“Kami sudah menjalin komunikasi awal dengan BNPB pusat. Penggunaan water bombing masih diperlukan kajian teknis terlebih dahulu,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Limapuluh Kota, Rahmadinol, Senin (21/7).
Menurut Rahmadinol, BNPB menyarankan BPBD untuk berkoordinasi terlebih dahulu dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) guna memantau ketersediaan awan serta arah dan kecepatan angin. Ia menyebut bahwa hal itu penting dilakukan agar pelaksanaan water bombing benar-benar efektif dan tidak sia-sia karena faktor cuaca yang tidak mendukung.
“Kita masih menunggu kajian dari BMKG, termasuk arah angin dan potensi pembentukan awan. Jika dinyatakan memungkinkan, akan segera dilakukan,” katanya.
Penggunaan water bombing, kata Rahmadinol, dinilai menjadi solusi darurat karena titik api terus menjalar dan belum dapat dijangkau oleh armada pemadam di darat.
Saat ini, katanya, lahan yang terbakar diperkirakan telah mencapai 120 hektare. Menurutnya, luas itu bisa bertambah bila cuaca kering dan angin kencang terus berlanjut.
Rahmadinol mengatakan bahwa tim gabungan dari berbagai instansi sudah bekerja maksimal di lapangan. Namun, katanya, sejumlah kendala seperti akses sulit, peralatan terbatas, dan minimnya sumber air membuat proses pemadaman tidak bisa maksimal.