Kabarminang – Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai terus memperkuat sistem mitigasi bencana, khususnya di wilayah Pulau Siberut yang rentan terhadap gempa besar dan tsunami akibat aktivitas megathrust.
Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Pemkab Mentawai telah memetakan 22 titik evakuasi strategis hingga pertengahan 2025, yang terdiri dari 12 Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan 10 Tempat Evakuasi Akhir (TEA). Titik-titik tersebut tersebar di lima kecamatan prioritas dengan risiko bencana tinggi.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Mentawai, Lahmuddin Siregar merincikan, TES terdapat di Siberut Barat (3 titik), Siberut Utara (4), Siberut Tengah (2), Siberut Selatan (2), dan Siberut Barat Daya (1).
“Sementara untuk TEA, masing-masing ada di Siberut Barat (3), Siberut Utara (4), serta satu titik di Siberut Tengah, Selatan, dan Barat Daya,” ujarnya, dilansir dari Antara, Rabu (9/7).
Lahmuddin menambahkan bahwa pemetaan ini penting untuk memastikan setiap wilayah memiliki akses cepat ke lokasi aman, tidak hanya melalui infrastruktur, tetapi juga edukasi dan kejelasan jalur evakuasi.
Khusus di kawasan padat penduduk seperti Muara Siberut, BPBD telah menetapkan tiga jalur evakuasi utama, yaitu Jalan Pastoran, Jalan Maileppet, dan jalur menuju Rumah Sakit. Ketiganya dinilai strategis dan mampu menampung pergerakan warga secara cepat saat kondisi darurat.
Lebih lanjut, BPBD saat ini juga tengah merancang pembangunan dua TEA baru di Muara Sikabaluan dan Bosua. Meskipun masih menunggu alokasi anggaran, kedua lokasi tersebut telah dimasukkan dalam rencana jangka menengah mitigasi bencana di Siberut.
“Kami berupaya maksimal, meski anggaran jadi tantangan utama. Tapi perencanaan sudah kami susun, agar saat dana tersedia, pembangunan bisa segera dimulai,” jelas Lahmuddin.
Untuk memperkuat kesiapsiagaan, BPBD juga menyiapkan jalur evakuasi darurat di belakang Puskesmas Lama. Lokasi ini dipilih sebagai rute cepat menuju area aman, namun masih perlu pemeliharaan dan penyesuaian terhadap kontur wilayah setempat.