Pembicara utama berikutnya, Pungkas Bahjuri Ali, Acting Deputy for Human Development and Cultural Affairs sekaligus Head of the SDGs Indonesia Secretariat, mengingatkan bahwa transisi menuju ekonomi hijau tidak sederhana.
“Indonesia memerlukan energi untuk memperkuat sektor industri yang tengah menurun. Karena itu, dibutuhkan riset yang kuat agar kebutuhan energi dapat diimbangi dengan penyediaan energi ramah lingkungan,” jelasnya.
Pernyataan tersebut memperlihatkan dilema klasik pembangunan: di satu sisi, kebutuhan pertumbuhan ekonomi; di sisi lain, tuntutan menjaga kelestarian lingkungan. Forum semacam ini menjadi relevan karena menghadirkan pendekatan lintas disiplin — dari ekonomi, sains, sosial, hingga teknologi.
Peran UNAND dalam Jaringan Riset Tropis
Rektor Prof. Efa Yonnedi menyebut konferensi ini sejalan dengan komitmen UNAND dalam memperkuat riset dan pengabdian berbasis kebutuhan masyarakat tropis.
“Kegiatan ini sangat relevan dengan komitmen UNAND dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya dalam konteks pembangunan berkelanjutan,” tuturnya.
Di tengah meningkatnya kebutuhan dunia terhadap solusi berbasis ekosistem tropis, UNAND berupaya menempatkan diri bukan sekadar sebagai penyelenggara acara, melainkan simpul kolaborasi regional bagi universitas-universitas yang mengkaji pembangunan berkelanjutan di garis ekuator.
Selama dua hari, konferensi ini diisi dengan plenary session dan diskusi paralel yang menghadirkan akademisi dan peneliti dari berbagai universitas anggota DSA-Indonesia.
Agenda tersebut diharapkan tidak berhenti pada tataran ilmiah, tetapi juga memperkaya basis pengetahuan yang dapat digunakan pembuat kebijakan dalam memperkuat strategi pembangunan rendah karbon di Indonesia.














