Kabarminang – Kelapa sawit masih menjadi tulang punggung sektor perkebunan nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, wilayah Sumatera menguasai sekitar separuh total luas perkebunan kelapa sawit Indonesia. Di tengah dominasi tersebut, lalu di posisi berapa Sumatera Barat?
Berdasarkan catatan BPS, total luas perkebunan kelapa sawit di Pulau Sumatera saat ini mencapai lebih dari 8,78 juta hektare. Angka ini merupakan luas kebun sawit yang tercatat secara resmi, mencakup perkebunan rakyat, perusahaan swasta besar, hingga kebun milik BUMN.
Besarnya dominasi Sumatera tidak terlepas dari faktor geografis dan iklim. Curah hujan yang tinggi, ketersediaan lahan luas, serta akses logistik yang relatif memadai membuat budidaya kelapa sawit berkembang pesat di pulau ini selama beberapa dekade terakhir.
Namun, luas aktual di lapangan diperkirakan bisa lebih besar jika memasukkan kebun sawit yang tidak tercatat secara administratif, termasuk yang berada di kawasan hutan lindung dan taman nasional.
Riau Terluas, Sumbar di Peringkat Keenam
Di antara provinsi-provinsi di Sumatera, Riau menempati posisi teratas sebagai daerah dengan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Hingga 2025, luas kebun sawit di Riau tercatat mencapai sekitar 3,41 juta hektare, menjadikannya pusat utama produksi sawit nasional.
Posisi kedua ditempati Sumatera Utara dengan luas sekitar 1,36 juta hektare, disusul Sumatera Selatan sekitar 1,24 juta hektare dan Jambi sekitar 952 ribu hektare.
Sumatera Barat berada di peringkat keenam dengan luas perkebunan kelapa sawit sekitar 449 ribu hektare. Angka ini menempatkan Sumbar di bawah Aceh, namun masih lebih luas dibanding Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, dan Kepulauan Riau.
Daftar Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera (BPS 2025)
- Riau: 3,41 juta hektare
- Sumatera Utara: 1,36 juta hektare
- Sumatera Selatan: 1,24 juta hektare
- Jambi: 952 ribu hektare
- Aceh: 470 ribiu hektare
- Sumatera Barat: 449 ribu hektare
- Bengkulu: 425 ribu hektare
- Bangka Belitung: 269 ribu hektare
- Lampung: 200 ribu hektare
- Kepulauan Riau: 7 ribu hektare
Ekonomi Besar, Risiko Ekolog
Di balik kontribusi ekonominya, ekspansi sawit di Sumatera juga memunculkan dampak ekologis. Pembukaan lahan kerap dikaitkan dengan kebakaran hutan, konflik manusia dengan satwa liar seperti harimau dan gajah, hingga meningkatnya risiko banjir di sejumlah daerah.
Kondisi ini menempatkan industri sawit di Sumatera pada persimpangan penting: tetap menjadi mesin ekonomi nasional, namun di saat yang sama menghadapi tekanan besar untuk bertransformasi menuju pengelolaan yang lebih berkelanjutan.













