“Hal yang sama dilakukan oleh PRK lima hari kemudian sekitar pukul 4.00 WIB,” ujar Yogie.
Akibat persetubuhan itu, kata Yogie, SPA hamil. Ia mengatakan bahwa pada Mei 2025 SPA mual-mual dan muntah, tetapi ia tidak tahu bahwa ia hamil karena tidak memeriksakan kondisi tersebut kepada dokter.
Lalu, pada Selasa (28/10), kata Yogie, ketika SPA sedang belajar di SMA, SPA merasakan sakit di bagian perutnya. Lalu, kata Yogie, korban melahirkan bayi perempuan dalam kelas saat kelas kosong. Saat itu, kata Yogie, korban hanya ditemani dua temannya.
“Korban terkejut melahirkan bayi sebab tidak tahu bahwa ia hamil,” ucapnya.
Setelah korban melahirkan, kata Yogie, penyelenggara SMA itu membawa korban ke Puskesmas Koto Baru. Di puskesmas itu, kata Yogie, korban langsung ditangani secara medis oleh petugas puskesmas.
“Tidak berselang lama, ibu korban berisinial E datang menjenguk korban. Lalu, korban menceritakan kepada ibunya bahwa ayah dari anaknya ialah PRK. Tidak ada yang tahu korban hamil. Korban pun tidak terlihat seperti orang hamil karena badannya agak besar,” tutur Yogie.
Yogie mengatakan bahwa E melaporkan PRK ke Polres Pesisir Selatan. Ia menyebut bahwa polres mencatat laporan tersebut dengan Laporan Polisi Nomor : LP/B/143/X/2025/SPKT/SAT RESKRIM/POLRES PESSEL/POLDA SUMBAR, tanggal 30 Oktober 2025.
Setelah mendapatkan laporan itu, kata Yogie, polisi mencari PRK, lalu menangkapnya di Painan, Kecamatan IV Jurai, Pesisir Selatan, pada Kamis (30/10) pukul 18.00 WIB. Pihaknya menjerat PRK dengan Pasal 76D Undang-Undang (UU) No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juncto Pasal 81 ayat (1) Perppu No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juncto UU No. 17 Tahun 2016 tentang Perppu No. 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi UU.
“Pelaku terancaman hukuman paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun penjara,” ucap Yogie.










