Sumbarkita – Sebagai ibukota dari Sumatera Barat (Sumbar), Kota Padang terkenal dengan budaya dan sejarahnya yang memikat. Salah satu kisah sejarah yang menarik untuk diketahui adalah dunia perbankan, terutama Padangsche Spaarbank.
Bank ini bukan sekedar bank biasa, tapi jadi saksi bisu perjalanan ekonomi dan sosial masyarakat Padang sejak masa kolonial hingga kemerdekaan. Berikut sejarah dari Padangschee Sparbank yang dirangkum dari berbagai sumber:
Awal Mula Berdiri
Padangsche Spaarbank dibangun pada tahun 1908 oleh sebuah kelompok Freemason di Padang bernama Loji Matahari. Bank ini didirikan dengan tujuan sebagai tempat menabung yang aman bagi masyarakat, sejalan dengan slogannya, “Veilige Sparen” (menabung dengan aman).
Padangsche Spaarbank memiliki pengaruh kuat sejak awal berdirinya, hal ini terlihat dari keterlibatan pejabat tinggi pada masa kolonial dalam struktur organisasi bank, tepatnya pada dewan komisaris. Dewan ini bertugas sebagai pengawas dewan direksi pertama yang beranggotakan tiga orang, yaitu H.D. Canne (Gubernur Sumatra’s Westkust), P.C.E. Specht Grijp (Ketua Dewan Kehakiman Padang), dan R.E.G. Steffan (Kepala Firma van Houten Steffan Co Padang).
Sebelum memiliki gedung sendiri, Padangsche Spaarbank beroperasi di sebuah kantor milik J.W.Maurer, seorang tokoh berpengaruh yang kemudian menjabat sebagai bendahara bank pada 1880-an hingga 1890-an.
Padangsche Spaarbank baru punya gedung sendiri setelah Loji Matahari membelinya dari seorang Kapitan Cina bernama Gho Tjong pada 1908. Gedung ini terletak di pinggiran sungai Batang Arau, persis di sebelah Klenteng See Hin Kiong, dengan bagian depan gedung yang membelakangi sungai.
Lebih dari Sekadar Bank
Dari tahun ke tahun, Padangsche Spaarbank terus berkembang dan memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumbar, khususnya Kota Padang. Saat kebakaran hebat melanda Kampung Cina pada 1923, bank ini turut berkontribusi dengan memberikan bantuan dana untuk pemulihan dan membantu para korban.