Kabarminang — Sejumlah petani di Nagari Salo, Kecamatan Baso, Agam, mulai menguji coba sistem tanam sawah pokok murah sebagai alternatif budi daya padi. Sistem itu diterapkan untuk meningkatkan hasil produksi padi tanpa menambah beban biaya produksi petani.
Wali Nagari Salo, Imrizal Pratama, mengatakan bahwa sistem sawah pokok murah mulai diuji coba penanaman pada Jumat (8/8/2025) dan panen Rabu (24/12). Ia menyebut bahwa hingga kini baru diterapkan oleh beberapa petani. Uji coba tersebut, katanya, dilakukan secara bertahap pada lahan terbatas sebagai tahap awal penerapan sistem tanam.
“Petani di Nagari Salo mencoba sistem ini karena ingin meningkatkan hasil produksi padi tanpa harus mengeluarkan biaya yang lebih tinggi,” kata Imrizal kepada Kabarminang.com pada Kamis (25/12).
Imrizal menyampaikan bahwa pendapatan petani masih sangat bergantung pada hasil penjualan padi. Saat ini, katanya, harga padi berada pada kisaran Rp8.400 hingga Rp8.800 per kilogram, dengan kondisi harga yang sedang naik dan berpengaruh langsung terhadap pendapatan petani.
Dari sisi produksi, Imrizal menyebut hasil panen menggunakan sistem sawah pokok murah tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tanam biasa. Berdasarkan hasil sementara, katanya, bobot padi yang dihasilkan sekitar 10 persen lebih berat dibandingkan metode tanam konvensional.
“Namun, keuntungan sistem ini bukan hanya dari bobot hasil panen, tetapi juga dari pengurangan biaya produksi,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa dalam penerapan sistem sawah pokok murah petani tidak lagi menggunakan traktor untuk mengolah tanah. Selain itu, katanya, penggunaan pupuk buatan ditekan hingga sekitar 30 persen sehingga biaya produksi dapat dikurangi secara signifikan.
Imrizal memperkirakan peningkatan hasil panen lebih terasa pada periode tanam kedua dan ketiga setelah sistem sawah pokok murah diterapkan secara berkelanjutan seiring dengan perbaikan kondisi tanah dan pola tanam.














