Selain menindaklanjuti ke lapangan, Roli mengatakan bahwa pihaknya akan menginstruksikan PT Kali Dareh untuk memperbaiki jalan itu selama masa pemeliharaan.
Kerusakan jalan yang baru saja selesai dikerjakan akhir 2024 itu mendapat tanggapan dari pengguna jalan dan warga setempat. Zulharbi, pengemudi truk asal Jambi mengatakan bahwa ia memilih jalur tengah jalan untuk menghindari jalan yang retak dan terlihat terban.
“Jalan turun dan retak. Agar lebih aman dan tidak berisiko, kami yang membawa mobil muatan berat mengambil jalan ke jalur tengah,” tuturnya.
Ia berharap pihak terkait segera memperbaiki kerusakan itu agar tidak melebar dan menimbulkan korban kecelakaan.
Sementara itu, Febri, warga Koto Baru, menuturkan bahwa kerusakan jalan itu awalnya sedikit.
“Awal tahun 2025 memang ada retak. Namun, hari ini sudah memanjang retaknya hingga 5—7 meter,” ucap Febri.
Febri mengatakan bahwa proyek hancur setelah pengerjaan dan pihak terkait berjanji untuk memperbaikinya merupakan hal biasa di Dharmasraya. Ia mencontohkan jembatan di jalan lintas Koto Baru, yang terban beberapa hari setelah selesai dikerjakan.
“Pihak kontraktor berjanji akan memperbaikinya. Namun, hingga hari ini tidak ada sekali pun perbaikan. Yang ada, mobil tidak bisa lagi parkir di bibir jalan tersebut,” ucapnya
Febri berharap lajur baru yang rusak itu segera diperbaiki agar kerusakan tidak makin parah seperti jalan jembatan Koto Baru.
Sebelumnya, Kepala BPJN Sumbar, Thabrani, memberikan perhatian khusus saat meninjau lokasi tiga proyek pada 15 November 2024. Tiga proyek prioritas di bawah PPK 2.2 itu d iantaranya preservasi Kiliran Jao—Batas Dharmasraya 1, preservasi Kiliran Jao—Batas Dharmasraya 2, pelebaran dan penambahan lajur di ruas junction Koto Baru—batas Provinsi Jambi. Ketiga paket pekerjaan itu dirancang untuk mendukung konektivitas dan memperlancar mobilitas di wilayah strategis, khususnya di jalur penghubung lintas provinsi.