Kabarminang.com – Jaringan Peduli Perempuan (JPP) Sumatera Barat mencatat lonjakan kasus kekerasan terhadap perempuan di Sumatera Barat dalam dua tahun terakhir. Data ini disampaikan dalam peringatan International Women’s Day (IWD) yang diperingati setiap 8 Maret.
Aktivis Perempuan Sumbar, Anisa Hamda mengungkapkan bahwa berdasarkan data real-time dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) per 7 Maret 2025, terdapat 4.499 kasus kekerasan di Indonesia sepanjang 2024.
Dari jumlah tersebut, 955 korban adalah laki-laki dan 3.867 korban adalah perempuan.
“Artinya, dari lima korban kekerasan, empat di antaranya adalah perempuan,” ujar Anisa.
Di Sumatera Barat, Anisa menyebutkan bahwa angka kekerasan terhadap perempuan dan anak juga terus meningkat.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatat pada tahun 2022 terjadi 795 kasus, dan meningkat menjadi 1.051 kasus pada tahun 2023 naik lebih dari 13%. Sementara itu, Polda Sumbar mencatat pada tahun 2024 terdapat 1.687 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Dari ribuan kasus tersebut hanya 629 kasus yang berhasil diselesaikan,” ucapnya.
Anisa juga menyoroti meningkatnya fenomena femisida di Sumbar, yang dipicu oleh dominasi dan penguasaan terhadap perempuan.
Ia mencontohkan kasus pembunuhan NKS (18) di Pariaman dan CNS (16) di Tanah Datar yang dipandang sebagai bentuk kekerasan berbasis gender.
“Femisida harus menjadi isu yang terus kita suarakan untuk menuntut negara memenuhi tanggung jawabnya dalam melindungi, memenuhi, dan menghormati hak asasi manusia. Keadilan harus dimulai sejak dalam pikiran,” tegas Anisa.
JPP Sumbar mendesak pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang lebih tegas dan berkeadilan guna melindungi perempuan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.