Kabarminang – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Limapuluh Kota telah menyebabkan kerusakan cukup serius. Hingga Minggu (20/7/2025) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten itu melaporkan bahwa sekitar 120 hektare lahan diperkirakan sudah terbakar.
Kepala Pelaksana BPBD Limapuluh Kota, Rahmadinol, menyebut bahwa luas lahan terdampak diperkirakan bisa bertambah karena titik api belum sepenuhnya berhasil dipadamkan.
“Angka 120 hektare ini merupakan estimasi awal dari tim lapangan. Kami masih terus melakukan kajian dan pendataan lebih lanjut,” kata Rahmadinol pada Senin (21/7/2025).
Ia menginformasikan bahwa karhutla melanda sejumlah kecamatan, di antaranya Kecamatan Harau, Suliki, Mungka, Akabiluru, Payakumbuh, dan Pangkalan Koto Baru. Kondisi cuaca kering dan angin kencang, katanya, membuat api cepat menjalar.
Kerusakan yang ditimbulkan, kata Rahmadinol, tak hanya berdampak pada vegetasi hutan. Pihaknya mencatat gangguan terhadap ekosistem di sekitar lokasi kebakaran, mulai dari flora hingga fauna penopang.
Selain itu, kata Rahmadinol, polusi udara menjadi masalah serius. Ia mengatakan bahwa asap tebal dari kebakaran menyebabkan kualitas udara di sekitar lokasi menurun drastis, mengancam kesehatan warga, terutama anak-anak dan lansia.
“Dampak kesehatan mulai terlihat. Sejumlah warga mulai mengeluhkan sesak napas dan iritasi mata. Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memberikan pelayanan darurat,” ujar Rahmadinol.
Pihaknya menilai perlu adanya kajian lanjutan dari UPTD KPHL Sumatera Barat untuk memetakan cakupan dampak secara menyeluruh. Menurutnya, data itu penting sebagai dasar dalam merumuskan langkah pemulihan pascabencana.
Sementara itu, kata Rahmadinol, tim gabungan dari berbagai instansi terus melakukan pemadaman dan pemutusan jalur penyebaran api. Namun, katanya, medan yang berat dan terbatasnya peralatan menjadi kendala tersendiri.
“Armada pemadam kami terbatas, dan akses ke lokasi titik api tidak mudah karena berada di daerah perbukitan,” kata Rahmadinol.
Selain itu, katanya, jarak sumber air yang jauh serta kemarau panjang menyebabkan kesulitan dalam suplai air untuk proses pemadaman.
Meski demikian, Rahamadinol mengatakan bahwa upaya tetap dilanjutkan, termasuk penyusunan laporan dampak dan pengajuan bantuan logistik ke BNPB pusat.
“Kami harap BNPB segera menurunkan bantuan, baik berupa logistik, alat pelindung diri, maupun peralatan pendukung lainnya,” katanya.
Hingga kini pihaknya belum bisa memastikan kapan kebakaran akan dapat diatasi secara tuntas. Namun, pihaknya terus memperkuat koordinasi lintas sektor agar luas lahan terdampak tidak meluas.
Rahmadino mengimbau warga di sekitar area terdampak untuk tetap waspada dan tidak melakukan pembakaran terbuka. Ia menyebut bahwa pemerintah juga tengah mempertimbangkan langkah lanjutan seperti water bombing jika situasi terus memburuk.