Beberapa titik api sempat dikendalikan, seperti di Jorong Simpang Empat dan Nagari Bukik Sikumpa, Kecamatan Lareh Sago Halaban. Namun api di kawasan Harau, yang memiliki kontur terjal, tetap sulit dipadamkan.
Petugas dari BPBD, Polres 50 Kota, Brimob Pelopor B Padang Panjang, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, UPT KPHL Sumbar, hingga relawan PMI bekerja siang malam menggunakan berbagai armada. Mereka dihadapkan pada kendala minimnya pasokan air dan alat pelindung diri yang tak mencukupi untuk semua tim.
Beberapa petugas dilaporkan mengalami kelelahan berat, bahkan ada yang tergelincir di medan berbatu dan sesak napas karena paparan asap.
“Kami terus rotasi tim agar tetap kuat. Tapi, ini pekerjaan berat, bukan hanya fisik, tapi juga mental,” ucap petugas pemadam yang enggan disebut namanya.
Rahmadinol mengatakan bahwa akses menuju lokasi juga sangat terbatas. Ia menyebut bahwa beberapa titik hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki selama dua jam sambil memanggul peralatan secara manual. Menurutnya, hal itu membuat distribusi air dan logistik terhambat, dan api yang telah dipadamkan seringkali muncul kembali karena bara masih aktif di bawah permukaan tanah.
Pihaknya terus melakukan evaluasi harian terus bersama semua unsur terkait. Pihaknya memfokuskan penanganan pada pemutusan jalur sebaran api, pengisian armada pemadam, dan pengecekan rutin ke titik-titik terdampak.
“Setiap pagi kami lakukan evaluasi dan pengecekan. Jika ada titik api yang aktif, langsung kami turunkan tim. Tak ada kompromi soal keselamatan warga,” tutur Rahmadinol.
Di sisi lain, kata Rahmadinol, warga sekitar Harau bersiaga. Ia mengatakan bahwa beberapa warga membantu memadamkan api di sekitar permukiman, sementara yang lain mengevakuasi barang-barang berharga. Ia menyebut bahwa ketegangan meningkat setiap kali angin membawa asap ke arah rumah warga.