Sumbarkita — Dua warga terjatuh ke sungai dari jembatan darurat di Nagari Koto Rawang, Kecamatan IV Jurai, Pesisir Selatan, pada Minggu (20/7) siang. Satu orang di antaranya meninggal dunia, sedangkan satu orang lainnya dirujuk dari RSUD M. Zein di Painan ke RSUP M. Djamil Padang.
Terjatuhnya warga ke sungai dari jembatan darurat di Koto Rawang tersebut bukanlah peristiwa pertama yang terjadi. Tokoh masyarakat Koto Rawang, Harjumita Datuak Rajo Gamuyang, mengungkapkan bahwa sudah sepuluh warga yang terjatuh dari jembatan itu sejak 2024. Ia menjelaskan bahwa pada 2024 ada satu warga yang terjatuh. Sementara itu, pada 2025 ada sembilan warga yang terjatuh.
“Tahun 2025, pertama, terjatuh satu orang yang membawa durian. Kedua, terjatuh dua orang, bapak dan anak. Seminggu yang lalu terjatuh empat orang yang mengangkut batu bata. Tadi jatuh dua orang. Semuanya terjatuh saat mengendarai sepeda motor ketika melewati jembatan itu. Tapi, baru tadi ada korban terjatuh yang meninggal dunia,” tuturnya.
Harjumita kesal kepada pemerintah karena lamban membangun jembatan tersebut. Padahal, katanya, jembatan darurat itu dibangun sejak Maret 2024 setelah banjir besar menghanyutkan jembatan gantung Koto Rawang.
Ia berharap pemerintah membangun jembatan Koto Rawang itu secepat mungkin sebelum jembatan itu memakan lebih banyak korban. Ia berharap pemerintah segara membangun jembatan tersebut karena jembatan itu merupakan satu-satunya penghubung masyarakat Koto Rawang dengan daerah luar.
Harapan yang sama disampaikan tokoh masyarakat Koto Rawang lainnya, Adnas Datuak Rajo Alam Bendang. Ia mengatakan bahwa jembatan darurat itu perlu segara diganti dengan jembatan permanen karena jembatan itu sudah parah, yaitu miring dan goyang saat dilewati dengan sepeda motor. Ia menyebut kondisi itu membahayakan warga yang melewatinya, terbukti dengan jatuhnya sepuluh orang dari jembatan tersebut ke sungai.
“Jembatan darurat itu juga dilalui anak sekolah, bukan hanya oleh anak Koto Rawang yang sekolah SMP dan SMA di luar Koto Rawang, tetapi juga oleh anak dari nagari lain yang sekolah SD di dua SD di Koto Rawang. Kasihan kita melihat anak sekolah melawati jembatan darurat yang berbahaya itu,” ucapnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa dua orang warga Nagari Koto Rawang terjatuh ke sungai berbatu besar saat melewati Jembatan Koto Rawang pada Minggu (20/7) sekitar pukul 12.00 WIB.
Wali Nagari Koto Rawang, Derijol, mengatakan bahwa kedua warga itu bernama Nurhayati (46) dan Dini Ermawati (19). Ia menyebut bahwa keduanya merupakan ibu dan anak.
“Mereka terjatuh saat melewati jembatan itu dengan sepeda motor sepulang dari Pasar Sago. Mereka terjatuh diduga karena hilang kendali sebab lebar jembatan hanya satu meter dan tidak ada pembatas di kiri kanan jembatan,” ujarnya.
Setelah keduanya terjatuh ke Sungai Batang Salido, kata Derijol, sejumlah warga mengevakuasi kedua korban dari sungai dan membawa mereka ke RSUD M. Zein.
“Nurhayati masih hidup ketika terjatuh ke sungai. Dia meninggal saat dirawat di RSUD. Sementara itu, anaknya dirujuk ke RSUP M. Djamil Padang,” ucapnya.
Derijol menerangkan bahwa jembatan itu merupakan jembatan darurat yang dibuat oleh warga setelah banjir besar melanda Nagari Koto Rawang pada Maret 2024. Ia mengatakan bahwa jembatan itu awalnya merupakan jembatan gantung sepanjang 50 meter dengan lebar 2,5 meter. Ia menyebut bahwa jembatan itu hanyut disapu banjir.
Jembatan Koto Rawang, kata Derijol, merupakan satu-satunya jalan yang digunakan warga nagari itu menuju tempat lain, seperti Salido Saribulan, Sago, dan Painan. Ia mengatakan bahwa jembatan itu menghubungi Koto Rawang dengan Nagari Salido Saribulan.
Derijol menyampaikan bahwa setelah banjir Maret 2024 melanda, warga berharap Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan membangun jembatan permanen sebagai pengganti jembatan gantung yang hanyut dibawa banjir. Ia menerangkan bahwa warga menginginkan jembatan permanen agar jembatan itu bisa dilalui alat berat untuk mengaspal jalan di Koto Rawang. Selama ini, kata Derijol, jalan Koto Rawang tidak pernah diaspal.
“Jalannya rabat beton, yang banyak lubang,” ucapnya.
Derijol mengatakan bahwa jembatan darurat yang dibangun warga setelah banjir tersebut membuat warga khawatir melaluinya karena lebarnya hanya satu meter dan tidak ada pembatas di kiri dan kanan jalan. Pada malam hari, kata Derijol, lampu jalan hanya menerangi pangkal dan ujung jembatan, sedangkan di tengah jembatan tidak ada cahaya sama sekali. Selain itu, kata Derijol, jembatan darurat itu tidak bisa dilewati mobil sehingga warga Koto Rawang yang punya mobil memarkirkan mobil mereka di luar jembatan, tepatnya di Nagari Salido Saribulan.
Setelah jatuhnya dua warga dari jembatan itu, yang mengakibatkan salah satu warga tewas, kata Derijol, warga berharap Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan segera membangun jembatan permanen di sana untuk menghindari jatuhnya korban jiwa lainnya.