Setelah proklamasi kemerdekaan, barulah ia memutuskan untuk mencari pendamping hidup — dan takdir mempertemukannya dengan Rahmi di Bandung.
Kisah lamaran keduanya bahkan melibatkan Presiden Soekarno. Bersama R. Soeharto, Bung Karno mendatangi rumah keluarga Rahmi pada malam hari untuk melamar atas nama Hatta.
Hubungan baik antara Soekarno dan ayah Rahmi membuat proses lamaran berlangsung hangat dan penuh hormat.
Pernikahan Sederhana di Megamendung
Pernikahan Mohammad Hatta dan Siti Rahmiati digelar pada 18 November 1945 di sebuah vila sederhana di Megamendung, Bogor.
Hanya sekitar 30 tamu undangan yang hadir, termasuk Bung Karno dan Ibu Fatmawati sebagai saksi dan pengiring.
Meski berdarah Minangkabau, prosesi pernikahan dilakukan dengan adat Jawa — lengkap dengan tradisi menginjak telur.
Mas kawinnya pun unik dan sarat makna: sebuah buku berjudul Alam Pikiran Yunani, karya Bung Hatta sendiri ketika diasingkan di Digul pada tahun 1934.
Tidak ada emas atau berlian, hanya ilmu dan nilai yang menjadi simbol cinta mereka.
Romantika Rumah Tangga yang Hangat dan Bersahaja
Dalam kehidupan rumah tangga, Bung Hatta dikenal lembut namun tegas.
Ia kerap menyiapkan roti isi buatannya sendiri untuk Rahmi — bahkan saat sang istri hendak melahirkan anak pertama, Hatta masuk ke ruang bersalin sambil membawa bekal tersebut.